Sep 14, 2009

cerita senja dan kawan lama

Beberapa waktu yang lalu, ketika sedang melakukan ritual ngabuburit aku bertemu dengan seorang teman lama, Fredy namanya. Sekarang, dia bekerja di Jakarta sebagai pengrajin emas. Karena sudah lama tidak bertemu, kami pun ngobrol panjang lebar -kali tinggi, kesana kemari, kesitu dan kesono.

Cerita dan raut muka mulai serius ketika kami membahas tentang makna hidup dan masa depan. Bahkan kalau saya hitung, bisa sampai delapan-rius atau sembilan-rius. Memang tidak mencapai angka sepuluh-rius. Tapi sudah cukup rius untuk membuat kening berkerut dan angan melayang.



Sampai pada akhirnya topik berganti secara otomatis membahas cerita tentang masa lalu. Nah, dari sini cerita mulai dibumbui dengan senyum dan canda tawa. Meski pun cerita banyak dihiasi dengan cerita pahit, cerita getir, cerita asam, cerita pedas, cerita asin, dll. tetap saja kami bisa tersenyum dan tertawa. Apalagi kalau sudah membahas tentang cerita konyol dan cerita memalukan yang kami lakukan di masa lalu.

hmm.., masa lalu memang selalu menakjubkan. Selau menjadi inspirasi buatku.

Cerita terus berlanjut, begitu juga dengan waktu yang kian merangkak dan beranjak perlahan. Begitu lambat, sehingga memberi kita waktu untuk memahami, bahwa roda kehidupan memang berputar. Bahkan tanpa kita sadari.

Hari sudah mulai senja. Senja yang anggun. Senja indah sebuah pantai dengan kawan lama. Senja yang semakin tua. Menuakan bayangan-bayangan memanjang setiap mahluknya di pelataran bumi. Hingga dunia hampir hanya tampak seperti sebuah bayangan.

Cerita belum usai dan rindu kami belum juga selesai. Tapi waktu memberikan sinyal perpisahan lewat magrib dan suara adzan.

hmm.., sudah waktunya berbuka. Maka kami pun beranjak dari pantai itu, menggeber sepeda motor masing-masing menuju ke arah terminal untuk mencari santapan berbuka.


Meninggalkan pantai itu, meninggalkan senja. Meninggalkan cerita yang menguap perlahan diantara angin dan gema adzan Magrib.

 Kami berhenti di depan penjual es campur dan bubur kacang ijo. Aku langsung memesan dua gelas es campur (tentu yang satu aku berikan ke si Ferdy). Kemudian aku meneguknya hingga hampir setengah gelas. Tak bisa kugambarkan betapa nikmatnya air dingin dan manis itu menjalari kerongkonganku yang kering dan memang dahaga sejak siang tadi.
Sialkan dibayangkan sendiri,ya..!

Tidak lama kemudian Ferdy pamit untuk pulang terlebih dahulu, karena masih ada urusan penting selepas Magrib ini. Aku tidak bisa menahannya, meski sebenarnya aku masih ingin berbagi pengalaman dan cerita dengannya. Maka kubiarkan saja kawanku itu pergi. Sementara, aku memesan satu mangkok bubur kacang ijo, makanan favoritku. Aku memang tidak berniat buka puasa di rumah. 
Setelah menyalakan sepeda motornya dan memencet klakson, Ferdy pun pergi.


Nah, dari pertemuanku dengan Ferdy itulah, banyak sekali ide-ide menyeruak dan bermunculan di pikiranku. Banyak sekali cerita-cerita yang ingin kutuliskan di sini, di blog ini. Baik itu pengalaman pribadi mau pun pengalaman teman-temanku.

Mudah-mudahan saja, aku bisa menuangkan semua ide-ide tersebut dalam bentuk cerita-cerita ke dalam blogku ini. Yah, walau pun aku tidak pandai menuliskan cerita. Setidaknya, blog ini tidak sepi ide.