Oct 28, 2010

Cerpen Remaja Terbaru

Cerpen remaja terbaru nih...! Wah, ternyata pengunjung blog ini banyak yang jago bikin cerpen, yah? Setelah kemarin cerpen remaja kiriman Nita yang berjudul "Lagu Terakhir Untuk Ita", kali ini giliran Ika yang ngirim saya cerpen lewat email. Jadi kita langsung saja simak sampai habis cerpen karya Ika ini.

KETIKA

Rintik hujan di luar jendela terlihat olehku. Bayang-bayang kabur akan masa itu terlintas dipikiranku.

Waktu itu aku dan 7 orang temanku pergi ke rumah Rahma. Waktu itu sedang hujan.
“Woiii…..!! Nonton scarry movie nyok!” ajak Rahma

“Aiiiisss…..!! nyeremin nggak??” tanyaku yang memang nggak suka ma film-film horror apalagi horrornya Indonesia.
“Nggak kok.. Lucu malah filmnya. Mumpung hujan and kita-kita nggak ada kerjaan nih…” ajak Rahma pada kami yang memang lagi nggak ada kerjaan karena hujan rintik di luar sana.
“Ayo haaaakk….!!” Seru teman-teman yang lainnya. Akhirnya akupun ikut juga nonton film itu. Tiba-tiba aja pintu depan terbuka. Nia, temanku. Baru saja datang.
“Sorry, cuy. Hujan sih… ketiduran juga.. hehehehe,,” katanya sambil tertawa garing.
“Huuuu….!!!” Sorak yang lain dan tertawa nggak jelas juga.
“Eh, Sha… ada Andi tu di depan. Nyari’in kamu dianya.” Kata Nia padaku. Tinggal aku yang bingung.
“Ngapaen dia hujan-hujan ke sini??? G’ disuruh masuk kah??” gumamku.
“Auuu’… kangen kali’…. Hohoho” kata Ratri.
“Husssh.. ngaco loe…” jawabku sembari berdiri dan mengambil jaket.
“Nggak mau dianya. Datengin gih!!” jelas Nia menyuruhku menemui Andi.

Aku pun keluar menuju tempat Andi berada. Dia duduk di tempat biasanya aku dan Rahma nongkrong. Dari jauh roman wajahnya sudah tak bersahabat.

“Kenapa??” tanyaku pelan pada Andi saat aku berada di hadapannya.
Aku hanya berdiri di hadapannya. Tak bersuara, hanya terdengar rintik hujan yang membuat suasana semakin tak mengenakkan. Akupun hanya berdiam diri, menahan napas dan menunggu kata-kata apa yang akan keluar dai mulutnya.
“ Aku nggak suka kamu bohong sama aku” kata-kata itulah yang keluar dari mulutnya.

Aku langsung tahu ke arah mana pembicaraan kami nanti. Aku hanya terdiam mendengar, mencermati tiap huruf, kata, kalimat yang terucap dari bibirnya itu. Sakit rasanya. Mataku berkaca-kaca mendengar tiap kata yang keluar dari mulutnya namun aku berusaha tegar di depannya, di depan Andi. Walau aku berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Percuma. Karena, disini akulah yang salah. Salah yang tak akan dima’afkan olehnya.

“Kamu tahu nggak, Sha?? Kamu itu cewek yang aku sayang. Aku percaya sama kamu. Tapi kenapa kamu gitu???” Tanya Andi geram walau dia terlihat sabar di hadapanku.
“Aku…” kataku tersendat “ Aku hanya ingin mendamaikan kalian” itu. Hanya itu yang bisa ku ucapkan dari bibir mungilku.
“Huh… caranya dengan pacaran ma Azhar?? Gitu?? Percuma. Nggak bakal pernah bisa, Reisha.” Pelan tapi pedas. “Kamu salah…!! Aku nggak mau kayak gini lagi. Cukup sekali.!!” Katanya pelan. Wajahnya pasrah. Menatapku tanpa ada rasa harap lagi.
“Padahal aku udah sayang sama kamu, Sha” lanjutnya.
Aku hanya bisa memandangnya. Dia bangkit dari tempat ia duduk. Menghampiriku dan berkata.
“Cukup sampai di sini. Nggak ada hubungan apa-apa lagi diantara kita”. Aku terkejut.

Serasa detak jantungku berhenti mendengar ucapannya itu. Saat Andi beranjak pergi dengan sigap aku meraih tangannya dan menatapnya. Hanya dengan tatapanku yang seolah berbicara “Nggak..!! kenapa jadi begini??” seakan mengerti akan hal itu. Semabari melepaskan genggamanku dia menjawab.

“Ma’af… udah cukup” dia pergi meninggalkanku.

Tak menoleh sedikitpun dan semakin jauh, jauh, dan menjauh dariku. Tak terlihat lagi bayang tubuhnya di pelupuk mataku. Tinggalkan diriku sendiri. Rintik hujan dan teras rumah Rahma menjadi saksi perkelahian kecil tanpa suara yang telah terjadi. Kejadian yang tak pernah aku tahu akan terjadi. Dengan aku menerima Azhar jadi cowokku, aku berharap Azhar dan Andi bisa berteman. Namun Andi memutuskan hubungan kami ini.

Tak kuasa aku menahan lututku yang serasa mati rasa, tak ada suara ang keluar dari mulutku sedikitpun. Hanya nafas tersengal menahan tangis. Akhirnya akupun terduduk, tertunduk. Air mata yang sedari tadi kutahan akhirnya jatuh. Sedikit, sedikit, dan tak terbendung lagi. Entah berapa lama aku terduduk di situ. Diam, tak bergeming, tangis dalam diamku mengalir bersanma rintik hujan yang turun…

“Sha, kenapa nangis??” Tanya Rika membuyarkan lamunananku
“Apa??” tanyaku tak sadar.
“Iyaaa.. kulihat kamu lagi ngelamun. Eeeeehhh, tiba-tiba kok nangis. Ada apa toh??” tanyanya khawatir.
Aku tersenyum dan berkata “ Masa’ sech??” semabari memegang pipiku. Basah. “Ooooohhh…. Nggak ada apa-apa kok. Cuman pusing aja tadi.” Jawabku menenangkan sahabatku ini. “ ke kantin yok!! Lapar nih” kilahku.

Rika tak memikirkannya lagi dan menerima ajakkanku ini. Kamipun pergi ke kantin.
Di atas meja terlihat selembar kertas dengan beberapa kalimat di atasnya.
Selamat tinggal Andi, Azhar. Kalian adalah hal terpenting dan terindah bagiku. Walau kalian bermusuhan. Tapi aku tak bias menjauh dari kalian berdua dan memilih salah satu dari kalian. Aku menyayani kalian berdua. Sekarang kita bertiga sudah menempuh jalan yang berbeda. Ku akan merindukan kalian.

I love u
Keisha

Cerpen remaja berjudul KETIKA ini ditulis oleh: Ika Junianti

Kalau kamu ingin cerpen kamu nongkrong di sini, silahkan kirim lewat email: lukasgentara@ipal.com. Syarat dan ketentuan bisa dilihat dalam artikel KIRIM CERPEN