Mar 30, 2011

Cerpen Islami

Cerpen Islami | AMINATUZ ZUHROH
XI IPA 1 / MAN NGAWI


Cerpen Islami
Aku adalah seorang anak yang di lahirkan di lingkungan pondok pesantren. Aku merasa kehidupan disini penuh dengan aturan aturan yang kadang membuat seseorang menjadi pemberontak. Aku sendiri sering mengalaminya, aturan tidak boleh keluar malam, tidak boleh kesana, tak boleh kesini, semuanya itu membuat jiwa muda ku seolah tak terima dengan itu semua. Aku punya dua orang adik, satu cewek dan satunya lagi cowok. Kedua adikku itu sangat baik , mereka sering membantu aku dan tidak pernah membantah apa yang aku katakan. Terlebih lagi adik ku yang cowok, dia sangat ku saying karena dia begitu pandai untuk merebut hatiku.

Aku kecil, tinggal di nganjuk, tepatnya di kertosono. Aku sangat senang disana, aku tinggal disana hanya dua tahun. Setelah itu aku ikut pindah kedua orang tuaku di ngawi. “ kenapa sih bii, kita harus pindah kesini?”, tanyaku dengan nada agak manja karena aku kecil memang sangat di manja oleh kedua orang tuaku. Pada saat itu adik ku yang cowok memang belum lahir.

“Kita pindah, karena memang sudah waktunya kita pindah”, jawab abi ku dengan nada santai dan sambil tersenyum dengan senyumnya yang paling manis.

Aku pindah ke ngawi ketika usia 7 tahun. Disini aku baru kelas dua sekolah dasar. Jadi di tempat yang baru aku dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mendapat banyak teman baru. Aku brsyukur karena ternyata anak anak disini tak seburuk yang aku kira. “ abi, besok aku ndak usah di antar lagi ke sekolah yaa….”, kataku pada abi setelah pulang dari sekolah ku yang baru. Lalu abi bertanya, “ kenapa, apa sudah punya banyak teman kamu disana?”. “ iya bi, aku besok mau berangkat sama siti’, jawabku sambil melangkah pergi meninggalkan abi ku yang sedang meneguk secangkir the manis di baranda rumah.

Keesokan harinya aku benar benar pergi sendiri ke sekolah, tanpa di antar sama abiku lagi. Saat itu aku baru merasakan rasanya ke sekolah sendiri tanpa ada yang mengikuti dari belakangku. “ ach, ternyata enak ya jadi anak desa, kemana mana bias bebas tanpa kawalan dari orang orang yang menyebalkan itu”, kataku pada siti yang saat itu brjalan disampingku.

“ iya, kamu bener. O iya, emangnya kamu sering di kawal ya? Uh enak donk kemana mana ada yang jagain, ada yang bawain barang barang kita…hehehe”, kata si siti sambil berlagak seolah mengejek aku.

Aku pun menajawab dengan menahan emosi, karena aku tak suka dengan kata kata itu. “ ach, jangan bilang gitu, nggak enak tau. Kita nggak bias bebas berekspresi , nggak bisa bebas nentuin mau kita.

Saat aku bilang seperti itu siti langsung diam, dan tak bicara sepatah katapun dan tak terasa kami sudah tiba di gerbang sekolah. Pada saat itu masih sangat pagi, jadi teman teman yang lain belum dating ke sekolah. “ mungkin mereka masih tidur kali yee…..”, celetuk siti dengan nada agak sebel karena berangkat terlalu pagi. Aku hanya tersenyum menanggapi sifat siti yang seperti itu. Lalu kami memutuskan untuk membersihkan kelas bersama sama walaupun pada waktu itu bukan giliran kami berdua yang piket. Kan kata abi ku umat islam itu harus saling tolong menolong. Jadi apa salah nya kalau aku membantu teman yang lain untuk piket kelas. Aku kira sah sah saja. Abiku selalu mengajarkan aku u nuk saling tolon menolong, beliau bilang kalau kita mau menolong orang lain maka suatu saat kita juga akan di tolong oleh orang lain. Kata kata itu selalu aku ingat sampai sekarang.

Enam tahuun sudah aku sekolah di sekolah dasar wonoasri 2, dan Alhamdulillah aku selalu mendapatkan juara pertama. Bahkan pada waktu lulusan ujian nasional di umumkan , aku adalah di nobatkan sebagai seorang siswi yang punya nilai danun tertinggi. Aku sangat bersyukur dengan hal itu, karena dengan itu aku sudah mampu membahagiakan kedua orang tuaku. “ terima kasih ya allah , engkau memveri hambamu ini kejernihan dalam berpikir, sehingga hamba dapat mengerjakan soal ujian hamba dengan baik”, ucap syukurku dari dalam hati sambil ku peluk abiku yang paling aku saying.

Setelah pengumuman kelulusan , liburanpun tiba. Aku tak mau menyia nyiakan waktu liburanku. Aku bersama abiku mencoba mencari SMP untuk aku melanjutkan sekolah nanti. Pada awalnya abiku menyuruhku melanjutkan sekolah di MTs, tapi aku tak mau, karena kebanyakan temanku melanjutkan ke SMP wonoasri 2. Akhirnya abiku mengijinkan aku untuk sekolah disiitu dengan syarat harus memakai kerudung. Karena kita kan umat muslim , jadi harus memakai kerudung untuk para wanitanya, itu sudah menjadi kewajiban kita “ , terang ibuku dengan panjang lebar. Aku hanya menurut, walau pun pada saat itu aku dalam keadaan terpaksa, tapi aku tak mungkin membantah perintah abiku yang paling ku sayang.

Tiga tahun sudah aku sekolah di SMP wonoasri 2, aku lulus dengan nilai yang cukup tinggi. Makla dari itu aku tidak terlalu sulit untuk mencari sekolah yang lebih tinggi. Aku memutuskan untuk sekolah di MAN 1 wonoasri, sesuai permintaan abiku. Aku sangat bersyukur bisa mempunyai seorang abi yang sangat baik, prhatian, dan sangat mengerti aku. Entah kenapa aku lebih sayang kepada abiku, di banding kepada ibuku.

Pada saat sekolah di MA inilah aku sangat merasakan betapa sayangnya abi padaku. Aku di antar setiap pagi, dan di jemput pada sore harinya. Beliau melakukan itu dengan ikhlas, tanpa mengeluh sedikitpun walau kadang beliau harus menunggu aku selama satu jam.

“ aku sayang abi”, ucapku sambil mencium kening abiku yang sedang terlelap di teras rumah.

“abi juga sangat sayang sama kamu nak”, kata abi ku yang terbangun dari tidurnya.

Aku saat itu sangat malu, karena tingkah ku masih serti anak kecil yang masih sangat manja kepada kedua orang tuanya. “ hehehe, abi bangun ya……mau teh hangat bi???”, aku selalu menawarkan itu setiap sore hari yang pekat.

“ boleh”, kata abiku sambil mengelus kepalaku. Begitulah abi selalu memanjakan aku.

Tidak lama kemudian aku dating jke teras rumah membawa teh manis yang abi pesan tadi. “ tidak terasa sebentar lagi kita sudah berpuasa ramadhan”, ucap abi yang mengawali pembicaraan di sore yang cerah itu.

“ iya bi, kita sudah hamper memasuki bulan ramadhan lagi”, jawab ku dengan nada agak bercanda, karena aku suka bercanda dengan abiku.

“ kita harus bersyukur nak, karena allah masih mengijinkan kita untuk bertemu dengan bulan ramadhan “, kata abiku.

“ iya bi, kasihan mereka yang sudah tidak bisa bertemu dengan bulan ranadhan, apalagi mereka yang mati dalam keadaan tidak baik, misalnya kemarin aku liat d tv, ada 10 orang mati karena minum miras oplosan. Mengenaskan dan merugi kan bi????”, jawabku dengan panjang lebar.

Tak terasa adzan maghrib pun telah berkumandang . abi menyuruhku cepat mengambil air wudhu dan sholat berjamaah di masjid depan rumahku. Abiku selalu menjadi imam di masjid itu , jadi aku tak prlu malu malu untuk dating setiap saat ke masjid itu. Aku benar benar di perlakukan istimewa oleh warga di sekitar masjid itu. Hal itulah yang justru aku sangat tidak aku sukai. Karena dari kecil aku memang tidak suka jika di perlakukan special. Tapi mereka tetap saja memperlakukan aku berbeda dengan anak orang lainnya. Kadang aku berpikir, kapan aku dapat menikmati hidup seperti layaknya anak remaja?.

“ tapi rasanya itu tak mungkin, karena allah menciptakan aku di sini, di lingkungan yang agamis. Di lingkungan yang penuh peraturan , di lingkungan yang penuh dengan pantangan pantangan, aku harus mensyukurinya. Karena masih banyak anak manusia yang tidak punya tempat tinggal, bahkan mungkin mereka tidak punya abi yang sangat penyayang seperti abiku”, kataku dalam hati, setelah pulang dari masjid.

“door”, suara teriakan yang keras dari adik ku itu sungguh membawaku keluar dari lamunan.

Adik ku yang cowok itu mengajak aku untuk masuk ke dalam rumah dan makan malam bersama seluruh keluarga. Adik ku sangat suka bercanda. Tapi dia tau kalau sedang di meja makan dia tak boleh mengucapkan sepatah katapun. “Mungkin perasaan adik ku sama denganku. Merasa kalau keluarga ini di selimuti dengan banyak aturan”, aku hanya bisa berucap dari dalam hati.

Bulan puasa telah tiba, dan menjelang hari raya keluarga ku sangat di sibuk kan dengan berbagai macam aktivitas. Apalagi pada hari raya kecil atah ketupat, bibi ku menikah. Jadi sungguh repotnya lebaran tahun ini.

Di hari terakhir berpuasa, aku tak tau kenapa abiku jadi senang sekali. Beliau di tugaskan menjadi imam di masjid depan rumah ku, tapi beliau menolaknya. Dan memilih menjadi khotib saja. Takmir masjid tak kuasa menolak kemauan abi ku. Jadi mereka berusaha untuk mencari seseorang yang pantas untuk jadi imam. Anehnya lagi, kenapa pada saat orang sibuk menyiapkan pernikahan bibiku, abiku hanya diam saja. Seolah abi itu tak merestui adanya pesta pernikahan itu.

Akhirnya hari pernikahan itu tiba. Abi selaku anak tertua menggantikan mbah kakung ku menjadi wali di pernikahan. Pada hari itu abi sangat bahagia. Wajahnya berseri, seolah ia bertambah muda, senyumnya, suaranya yang sangat bijak itu terdengar begitu asli saat berbicara.

“bi, make up nya kok jelek banget si? Aku jadi kelihatan tua nie”, kata ibuku sambil berkaca di depan cermin.

Abiku tersenyum dan hanya menjawab,” kamu cantik kok, cantik sekali. Lebih cantik dari biasanya”.

Ibuku tersenyum mendengar ucapan abiku. Lalu abiku harus bergegas mengurus pernikahan yang di rayakan di rumah nenek. Sekitar dua km dari rumahku. Setelah pesta pernikahan usai, aku mengajak abi pulang. Tapi abi masih banyak tamu, jadi aku dan kedua adik ku pulang terlebih dahulu.

Sore harinya abi baru sampai rumah, dan cepat melaksanakan kegiatan seperti biasa yaitu sebagai imam masjid. Dan setelah pulang dari masjid sehabis sholat maghrib, abi berniat untuk pergi mengisi pengajian d suatu desa. “ nggak usah dulu lah bi, abikan belum istirahat dari tadi pagi”, kata ibuku yang khawatir dengan keadaan abi.

Tut tut tuuuuut…..telfon rumahku berdering saat ibu sedang bercakap cakap dengan abi. Abi langsung mengangkat telfon itu yang ternyata dari bibi ku. Bibi nku meminta abi kembali lagi kesana karena aka nada acara kumpul keluarga besar bani khotib amnan.

“ aku masih ngisi pengajian dulu, nanti aku pasti dating. Walau jam 12 malam aku pasti dating. Jadi tunggu aja”, kata abiku dengan nada santai dan aku hanya mendengar kata itu dari dalam kamarku.

Pukul setengah tujuh abi berangkat menuju tempat pengajian. Tidak lama kemudian ada dua orang laki laki dating ke rumah ku dengan tergopoh gopoh. Lalu mereka menanyakan” apa brenar ini rumah bapak nur ali?”. Ibuku kaget dan langsung menjawab “iya”.

Ternyata kedua orang tadi member kabar kalu abiku kecelakaan. Sungguh hancur hatiku mendengar berita itu aku tak sanggup lagi, belum tau kadaan yang aku tak mau kehilangan abi yang ku sayang, aku tak mau”, kataku dalam hati.

Ibuku pun langsung bergegas menuju tempat kejadian perkara dan ternyata abiku parah. Aku benar benar seperti manusia tak berguna lagi. Saat abiku di bawa ke rumah sakit beliau selalu menyebut nama ALLAH, ALLAH, ALLAH degan tanpa henti dan sekujur tubuhnya yang tinggi besar itu berlumuran darah.

“ ingin menjadi khotib, memuji kecantikan ibu, janji dating jam 12 malam. Apa itu pertanda?” Tanya ku dati dalam hati sambil menangis teredu sedu di rumah sakit.

Kehancuran hatiku bertambah lagi, abiku tak terselamatkan dari kecelakaan itu. Beliau meninggalkan aku dan ibu ku serta adik adik ku sendiri di dunia. “ ya allah kau tak adil, kenapa kau ambil orang yang paling aku sayang?”, aku brteriak sekeras kerasnya.

Pukul 3 pagi abiku di makamkan, aku melihat sina di wajahnya begitu terang, senyumnya, masih terus teringat di kepalaku sampai sekarang.

Abi pernah berkata “ syukur itu indah, jika kamu di beri allah kehidupan syukurilah, jika kamu di beri allah nafas syukurilah. Bersyukurlah selagi kamu dapat bersyukur.

“Tapi bagaimana aku dapat bersyukur padamu ya Allah??? Engkau telah mengambil yang paling berharga di hidupku”, gumam ku dalam hati setelah 7 hari meninggalnya abiku.

Menangis, menangis dan menangis, lalu pada suatu malam. Abi dating di mimpiku. Abi terlihat sangat tampan, beliau berada di tempat yang indah yang sepertinya tidak ada di bumi ini. Beliau berbisik di telingaku “ sayang, syukurilah apa yang kau punya, syukurilah sekarang abi sangat bahagia, bersyukurlah kau masih dapat bernafas.sayang jika kamu mau mensyukuri nikmat allah, sesungguhnya kamu gadis yang sangat beruntung.”

Aku terperangah dari tidurku, dan merenungi apa yang di bisik kan oleh abiku. Aku rasa benar, aku gadis yang paling beruntung. Aku di lingkungan ini terjaga kehormatan ku, aku punya abi dan ibu yang sangat penyayang, punya saudara yang begitu perhatian. “ aku berjanji padamu abi, aku tak akan mengeluh dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan allah padaku, I will miss you abi”, kataku dalam hati.

selesai