Aug 2, 2011

Cerpen: ARTI SEBUAH CINTA

Arti Sebuah Cinta

        oleh: Yohanes Andika E.P

        Di sebuah kota kecil pinggiran Surabaya, ada seorang lelaki bertampang cool. Dia bernama Angga, dia masih bersekolah di SMA swasta ternama di Surabaya, ia masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SMA. Dia mempunyai sahabat yang bernama Dimas,Vero, mereka adalah sahabat sohib sejak SD. Di sekolah ia mempunyai kekasih yang manis, namanya Retha, mereka sudah jadian dari kelas 1 SMA. Di sekolah mereka adalah salah satu pasangan yang cocok dan serasi, bisa dibilang mereka adalah jodoh.
Hari-hari dilewati bersama-sama, canda tawa hiasi hubungan Angga dan Retha, bersama Dimas dan Vero mereka selalu bersama-sama di tambah sahabat dekat Retha yaitu Panda. Angga adalah pria yang cukup setia, buktinya banyak gadis-gadis sekolah yang ingin sekali menjadi kekasihnya, namun ia tidak ingin berpaling hati, sedangkan Retha adalah sosok wanita idaman Angga, Retha adalah wanita yang sabar dan pendiam, ia selalu menjadi motivasi Angga ketika Angga sedang terpuruk. Mereka ber 5 sering berkumpul di kantin sekolah seusai pulang sekolah.
“Hey, Dim kapan loe punyak cewek?”, goda Angga.
“Ah, cewek ntik ajha masih banyak kuq…santai aja…hahaha”, jawab Dimas.
        Lalu Panda menyahut,” Alah bilang aja km gak laku… hahha… nanti jadi perjaka tua lho?... hahhaha…ato ma aku ajah? hahah”.
        “Gak lah… jangan bilang gtu donk… gini-gini masih laku rek. .hahha”, protes Dimas.
        Sela Vero,” udah mending kamu ma Panda ajah, toh kalian kan juga sama-sama jomblo kan?”.
        “Iya tuh, kalian sama-sama jomblo, lagian dlu km dim kan pernah bilang sama aku kalo kamu suka ma panda”, goda Angga.
        “Zzzzzzt…jangan bongkar rahasia dumz”, Dimas malu
        Mereka bercanda hingga menjelang sore. Jam 3 sore mereka smua pulang bersama-sama, namun rumah Retha yang tidak searah maka Angga dan Retha berpisah dengan teman-temannya. Dalam perjalanan pulang Angga dan Retha saling melepas rindu yang menggebu-gebu, karena selama di sekolah mereka tidak ingin sahabat-sahabatnya iri jadi mereka menahan diri. Ketika sampai di rumah Retha,
“Yank, jangan lupa mandi terus makan ya?”, Angga bicara sambil memegang tangan Retha.
“iy yank, tenang ajah, kamu juga ya.. langsung istirahat juga”’ jawab Retha.
Sesaat sebelum mereka berpamitan tangan Angga memegang tangan retha lalu di ciumnya tangan retha itu dengan halus, seketika wajah dan pipi merah muncul dari raut wajah Retha tidak itu ajah Angga kemudian mengecup kening retha lalu memeluk Retha sambil mengatakan,
“Yank aku sayang banget ma kamu”
        Kemudian mereka berpamitan dan Angga pulang.

***
        Esok harinya, mereka bertemu lagi di sekolah, hari-hari mereka lewati dengan gembira terutama Angga dan Retha, namun tidak jarang pula Angga dan Retha mengalami masalah masalah seperti remaja lainnya, terkadang ada masalah cemburu, salah paham atau pun hanya masalah-masalah kecil sekalipun, mereka kadang juga bertengkar. Sampai suatu ketika kejadian itu menimpa Retha, ia mulanya hanya merasa sering pusing dan muntah-muntah namun dalam setiap muntahannya itu selalu di iringi beercak darah yang keluar dari mulut Retha. Retha hanya memendam rasa sakid itu sendiri, ia tidak cerita pada siapapun termasuk orang tua dan Angga.
Hari-hari Retha lewati dengan senyum tanpa menampakan raut wajah yang sedang sakit, karena ia tidak ingin membuat orang yang ia sayangi di sekitarnya merasa panik karna dirinya. Hingga pertengahan semester 2  retha hanya bisa merasakan dan memendam rasa sakitnya sendiri tanpa ia tau penyakit apa yang sedang ia derita. Siang hari di rumah Retha, sekali lagi ia muntah darah, ia langsung berlari ke kamar mandi, ia terkejut apa ynag ia lihat muntahan beserta darah itu semakin parah karena itu ia memutuskan diam-diam pergi memeriksakan keadaan badannya yang semakin buruk
        “Ya Tuhan penyakit apa yang sedang ku derita? Aku tau Kau tak akan memberikan cobaan pada umatmu melebihi batas kemampuannya”, Kata Retha sambil merenungkan dan melihat wajahnya sendiri di cermin kamar mandi.
        Lalu kemudian ia keluar dan langsung bergegas pergi ke dokter, sesampainya di rumah sakit ia langsung menuju administrasi untuk mendaftarkan diri sebagai pasien. Nomor urutan telah di ambilnya lalu kemudian,
        “Nyonya Retha silakan masuk?”, kata perawat rumah sakitnya.
        Dengan wajah takut dan gelisah ia langsung berdiri dan menjawab,” iya saya yang bernama Retha”.
Dengan wajah tegang beserta rasa penasaran ia masuk ke ruang periksa. Setelah di cek berat dan tekanan darah isa langsung bicarakan apa keluhannya pada dokter
        “Dok, saya sering merasa pusing dan sering sekali muntah darah, kira-kira saya mengidap penyakit apa dok?”.
        “Wah saya juga tidak bisa langsung memberikan hasilnya, anda harus di periksa lebih intensif  lagi, kalau anda mau sekarang saya akan periksa anda?”.
        “Baiklah dok, saya akan periksa hari ini juga.”
        Setelah beberapa jam di periksa retha hanya bisa menunggu dan berhrap-harap cemas tentang
        Hasilnya. Ia menunggu sendiri di lobby rumah sakit, lalu kemudian dokter itu pun baru keluar dari ruang periksa sambil membawa amplop putih besar yang isinya hasil pemeriksaan tadi
“Saodara Retha, apa saya bisa berbicara dan bertemu orang tua anda?”
Dengan kaget isa semakin takut dengan hasilnya, karena dokter tidak ingin mengatakan langsung pada dirinya.Dengan usaha keras dan meyakinkan dokter bahwa orang tuanya tidak dapat hadir, akhirnya dokter mau bicara tentang hasilnya.
        “Maaf saudara Retha, hasil dari pemeriksaan tadi positif….”
“Apa maksud dokter dengan positif? tolong jelaskan”, sahut Retha
“Anda positif terserang penyakit kanker paru-paru yang sudah memasuki tahap stadium 2”
        Dengan rasa kaget, seketika itupun ia menangis tak berhenti seakan ia tidak terima dengan hasil pemeriksaan tentang dirinya hari ini. Ia menangis histeris di depan dokter yang menanganinya, dokter itu berusaha memberi motivasi dan semangat pada Retha. Dengan rasa syok Retha kembali pulang karena hari sudah malam, dalam perjalanan pulang ia masih tidak meneria keaadaannya kini. Ia merasa harus menjauh dari orang-orang yang menyayanginya, karena ia idak ingin bila ia sudah meninggal para sahabat dan teman dekatnya harus menangisi kepergiaanya itu termasuk Angga ia berfikir harus benar-benar pergi dari hidupnya sebelum ia tiada nanti. Sesampainya di rumah ia langsung istirahat.
        Keesokan harinya Retha bangun pagi seperti biasanya, namun kini dengan wajah yang muram dan tidak semangat bahkan ia tidak masuk beberapa hari. Angga yang merasa khawatir dengan keadaan Retha, ia berusaha bertemu dengan Retha langsung dan meminta penjelasan kenapa ia tidak pernah masuk sekolah. Sepulang sekolah Angga dan teman-temannya mencoba mendatangi Retha di rumahnya, ketika  tiba di rumah retha mereka langsung meminta ijin pada orang tua Retha untuk menjenguk retha, setelah bertemu Angga langsung bertanya tanpa basa-basi.
        “Kenapa kamu nggak msuk yank? km sakit”. Tanya Angga dengan penuh penasaran.
        “Aku gak sakit apa-apa kuq yank, tenang aja aku cuma sedang ada masalah wanita aja kuq”, jawab retha.
        Lalu Panda langsung menyahut jawaban Retha,” Ah enggak mungkin reth,wajahmu lebih pucat dari kemarin kita bertemu sebenarnya kamu kenapa”.
        “Iya tuh wajahmu tambah pucat”, tambah Vero.
        “Ah, enggak kuq, mungkin hanya perasaan kalian aja”, jawab Retha.
        Setelah mereka coba paksa akhirnya Angga dan teman-temannya menyerah, mereka tidak lagi memaksa   Retha memberikan alasan kenapa ia tidak masuk. Lalu mereka ambil keputusan untuk pulang saja, namun ketika mau pulang Retha berbicara pada Angga.
        “Aku sayang kamu yank”, kata retha.
        Dengan rasa terkejut karena Angga heran kenapa retha bicara seperti itu, Angga langsung menjawab,
        “Iy, aku juga sayang kamu kuq, jaga kesehatan ya”, jawab Retha.
        Kemudian tiba-tiba Retha memeluk Angga dengan rasa sedih karena ia tidak ingin kehilangan sosok Angga yang sudah menjadi bagian dari hidupnya, Angga yang sudah tau perasaan Retha yang sedih hanya diam saja, ia tidak ingin membuat Dimas dan kawan-kawan makin khawatir dengan penuh kasih sayang Angga mencium kening Retha, itu membuat hati Retha semakin menangis karena ia tambah tidak ingin kehilangan Angga. Kemudian Angga dan kawan-kawan berpamitan pada orangtua Retha dan merekapun pulang ke rumah masing-masing. Sejak itu Retha masuk sekolah dan mencoba bangkit dari keterpurukannya. Hingga ia naik kelas 3 SMA kondisi penyakitnya tetap sama.
        Hingga pada suatu ketika Retha mendengarkan penjelasan guru tiba-tiba Retha merasa pusing dan ia langsung merasakan darah segar mengalir dari hidungnya, darah itu tiba-tiba keluar dari hidung Retha dan ia langsung pingsan. Angga yang duduk di belakang Retha langsung membawa Retha ke UKS, ia menunggui Retha hingga siuman beberapa jam kemudian Retha akhirnya siuman, ketika ia membuka mata dan yang di lihatnya hanya Angga sentak ia langsung menangis seduh dan langsung memeluk Angga yang ketika itu berada di samping kasur tidur Retha.
        “kamu kenapa yank?”, Tanya Angga.
        “Hiks…Hiks…Hiks… Maafkan aku yank, aku mungkin bukan yang terbaik buat kamu”.  Jawab Retha.
        Dengan rasa penasaran dan kaget angga menjawab,” kenapa kamu bilang begitu yank? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari ku?”.
Ketika itu Retha menceritakan kondisi penyakitnya yang semakin parah, ia pelan-pelan menceritakan pada Angga. Angga yang mendengar cerita Retha itu langsung tidak percaya dan ia tidak terima bahwa kekasihnya itu mengidap kanker paru-paru. Sambil menangis di UKS Retha mencoba memberi pengertian bahwa penyakitnya itu lambat laun akan menghantarkan ia bertemu dengan kematian. Angga masih tidak percaya dengan omongan Retha namun dengan surat hasil pemeriksaan yang Retha berikan padanya ia mencoba percaya.
        “Yank, lebih baik kamu mencintai wanita yang bisa menemanimu hingga tua nanti, bukan aku yang sebentar lagi akan mati”, kata Retha
        “Aku akan selalu ada buat kamu,bagiku kamu yang terakhir dalam hidupku aku gak akan pergi meninggalkan u yang sekarang butuh aku dalam hari-harimu yank”, Jawab Angga sambil ia memeluk Retha.
Angga berusaha meyakinkan Retha bahwa ia akan tetap setia pada diriya apapun kondisinya sekarang.
Sejak itu Angga semakin tidak bisa kehilangan Retha, setiap hari meraka bersama-sama seakan-akan mereka tidak ingin membuang waktu yang tersisa.
Hingga mereka lulus SMA Retha masih sehat, ia berusaha menjadi seseorang yang lebih berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Retha ingin membuat Angga merasa tidak akan pernah kecewa karna telah mencintai dirinya apa adanya. Setelah lulus SMA Angga langsung bekerja menjadi fotografer, setiap hari mereka selalu bertemu.
Suatu ketika Retha sedang di rumahnya ia merasakan pusing yang amat sangat lagi, ia merasa mual dan ia muntah darah lagi di tambah dari hidungnya keluar darah. Langsung ia pingsan dan ia dilarikan ke rumah sakit oleh orangtuanya. Angga yang sudah dekat dengan orang tua Retha langsung di beri kabar, setelah Angga menerima kabar mengejutkan itu ia langsung menuju rumah sakit tempat Retha di rawat. Sesampainya di sana ia langsung di beri kabar oleh orang tua Retha bahwa keadaanya sangat parah, mendengar hal itu Angga merasa khawatir dan ia harus memberikan kabar buruk itu pada orang tuanya, dengan rasa sedih Angga mencoba pelan-pelan cerita apa yang sedang terjadi pada Retha. Orang tua Retha sentak terkejut dan ibu Retha langsung shock dan pingsan.

***
Setelah di periksa dokter di UGD, dokter itu keluar dengan wajah yang muram, orang tua Retha dan Angga langsung menghampiri dokter itu. Kemudian dokter mengajak keruangannya untuk membicarakan Retha, dengan penuh penasaran sesampainya di ruangan dokter itu orang tua dan Angga langsung menanyakan keadaan Retha.
“Dok, bagaimana dengan keadaan anak saya?”, Tanya ayah Retha.
        “Seperti yang telah diketahui bahwa anak anda menderita kanker paru-paru, kanker yang di dertianya sudah mencapai stadium akhir dan umurnya juga sudah tidak lama lagi sekitar 7 hari lagi”, jawab dokter itu.
        “Apa sudah tidak ada harapan lagi untuk retha kembali hidup normal dok?”, Tanya Angga.
        “Maaf kami sebagai dokter sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi”, jawab Dokter.
        Orang tua dan Angga langsung merasa putus asa dan takut sekali kehilangan Retha. Orang tua Retha hanya bisa menangisi apa yang terjadi, mereka sudah tidak dapat berbuat apa-apalagi. Lalu kemudian mereka keluar daru ruangan dokter sambil menangis.
        Ketika Retha sadar ia langsung melihat Angga dan Orang tuanya dan langsung berkata,
        “Berapa hari lagi aku hidup?”, kata Retha sambil menatap orang yang dia sayang.
        “Sudahlah Reth, jangan kamu tanyakan itu, aku gak ngin kamu pergi tinggalin aku dan Orang tuamu, aku ingin kamu tetap ada di sekitar kami”, jawab Angga.
        “Aku tau hidup ku kini sudah tidak lama lagi, aku tau aku harus tinggalin semua…”, jawab Retha.
        “Stop…sudah jangan kamu teruskan,yang aku inginkan sekarang aku akan selalu ada buat kamu”
        Orang tua Retha yang tidak dapat menahan rasa kesediahnya langsung menangis dan memeluk putrinya, seketika suasana di rumah sakit itu langsung berubah menjadi haru.
        “Aku tau hidupku tinggal menghitung hari, jadi jangan meneteskan air mata lagi di hadapanku lagi, aku enggak ingin aku pergi melihat orang yang aku sayang menangis karna aku, terutama kamu Angga”, kata Retha pada Orang tua dan Angga.
“Baiklah aku gak akan bersedih di hadapanmu lagi”, jawab Angga.
“Aku boleh minta 1 permintaan ma kamu yank?”, pinta Retha.
“Apa yang kamu pengen yank?”, jawab Angga.
“Aku ingin disisa hari-hariku, aku ingin habiskan hariku bersamamu terus”, Jawab Retha.
“Baiklah temani hari-hari mu dan aku pengen aku yang kamu lihat terakhir kali”, kata Angga.

***
Esok harinya Angga sering sekali menjenguk Retha di rumas sakit, banyak hal yang mereka lakukan bersama di rumah sakit. Angga membuat hari hari-hari Retha semakin berarti menjelang detik terakhirnya.Pada malam hari,Retha merasa waku yang Tuhan berikan sudah habis, ia memohon pada tuhan agar ia di berikan 1 hari lagi untuk hidup agar ia bisa ungkapkan perasaan ke Angga.
Pagi harinya seperti biasa Angga datang menjenguk Retha. Lalu kemudian Retha meminta sesuatu pada Angga,
        “Yank aku pengen kita hari ini kencan,dan sore harinya aku ingin sekali melihat matahari terbenam di pinggir pantai”, kata Retha.
        “Baiklah,aku akan minta ijin pada dokter agar ada 1 suster yang menemani kita”, jawab Angga.
        Hari itu di mulai pergi jalan-jalan ke taman bunga,meskipun Retha hanya bisa menikmati dari kursi roda,ia sangat bahagia saat itu banyak canda tawa hiasi hari itu. Siang harinya mereka makan sian di bawah pohon di tepi danau yang indah,dan sore harinya sekitar jam 3, Retha ingin sekali menikmati matahari terbenam untuk yang terakhir kalinya.
        Sore itu mereka pergi ke pantai yang indah bersama suster pendampingnya. Sesampainya disana matahari sudah bersiap untuk menutup sinarnya, Retha yang duduk di kursi roda dan Angga berada di belakangnya dan suster itu  berada di belakang Angga. Kemudian sambil mengenggam tangan Angga, Retha berbicara kepada Angga.
        “Sinar ku di hatimu kini akan redup dan akan nada sinar baru yang akan hiasi hatimu lagi, di saat kamu kelak rindukan aku lagi, lihatlah matahari terbenam itu, disitulah aku akan selalu tersenyum padamu”, kata Retha sambil menggnggam tangan Angga dan menetes kan air mata tanpa
        “kamu ini ngomong apa yank, di hatiku ini sinarmu gak akan pernah padam, kamu akan selalu di hatimu yank”, jawab Angga.
        “Aku mencintaimu apa adanya dan terimakasih sudah membuat bahagia hidupku selama ini, aku mencintaimu aku sayang banget ma kamu I LOVE U…”, kata retha
        “Aku juga mencintaimu Reth jadi jangan tinggalin aku ya…”, jawab Angga
        Tanpa Ia sadari genggaman Retha semakin melemah dan tangan Retha terhempas jatuh melepaskan tangan Angga, kemudian menangislah Angga berlutut di hadapan Retha yang sodah memejamkan matanya di kursi roda. Angga melihat Retha di tangannya ada sebuah surat kecil untuknya lalu di ambilnya surat itu, belum membaca surat itu ia memeluk hangat tubuh Retha yang sudah tidak bernyawa lagi sambil meneteskan air mata, ia melihat di kedua matanya yang sedang tertutup menetes air mata bahagia dari mata Retha. Sambil menggenggam tangan Retha Angga membaca surat yang di buat Retha


Isi surat itu:
                                                                        To: Sayang

Yank,mungkin di saat kamu membaca surat ini,aku sudah pergi dari dunia ini.Aku ingin berkata aku sayang banget sama kamu,aku tau aku tidak dapat terus ada disisimu terus,aku tidak dapat memberi kebahagiaan padamu,aku tidak bisa menjadi terang dalam hatimu,tapi terimakasih sudah beri aku kesempatan untuk mencintaimu dan yakinkan aku bahwa kamulah orang yang paling mencintai aku.

Terimakasih sudah beri hari-hari yang terakhir yang indah untukku,kini aku berdoa dari sini untukmu sayang agar kelak ada yang dapat menggantika posisiku di hatimu disini aku selalu Mencintaimu…aku yakin kamu cinta sejatiku…I LOVE U….Muuuach                                              
                                               Dari: Aku yang Mencintaimu


        Hari terakhir itu mungkin adalah hari yang paling bahagia bagi Retha, karena ia bisa menikmati hari terkhirnya bersama orang yang ia sayangi. Dalam pelukan Angga, Retha pergi dengan bahagia.
        Angga dan Retha adalah pasangan yang dapat menerima kekurangan pasangannya sendiri tanpa pilih-pilih… itulah arti sebuah CInta Sejati.

THE END

Penulis : Yohanes Andika E.P
FB/Email : yohanesa8@gmail.com