Aug 16, 2011

Cerpen Cinta: Iseng-iseng Berhadiah

Iseng-iseng Berhadiah !

cerpen berhadiah
oleh: Tania ciiRyaniia
Malam-malam begini enaknya ngapain ya, aku sudah jomblo satu bulan. Kalian pasti tahu sepinya bagaimana. Di usiaku yang sudah 17 tahun begini tak enak rasanya bila tidak mengenal cinta. Sekarang ini sedang jamannya ngacak nomor untuk menemukan jodoh, ga masuk akal banget kan? Tapi yah begitulah untuk saat ini. Sendirian di kamar yang kecil dan di temani alunan musik yang melow, sungguh tak ada tandingannya. Saat seketika sura handphone bergetar sangat kencang di atas bantalku.
            “Haloow, siapa ini?” tanyaku cuek.
            “Hai, gw rian. Ini siapa ya?” OMG suaranya manis bener, seketika membuat khayalan di otakku memanas.
            “Rian siapa lo?! Kenapa nelfon gw?” tanyaku sewot, tak tahan rasanya mendengar suara manisnya, mungkin suara ryan d’masiv kalah manis sama rian yang satu ini.
            “Gw asal pencet aja, sorry ya ternyata nyambung. Nama lo siapa?” buset, ternyata orang ngaco yang percaya sama nomor handphone.
            “Gw Tia.” Jawabku singkat. Tak terasa kita sudah berbicara selama hampir dua jam di telfon, aku yang di hipnotis dengan suara manisnya atau aku sudah menelan ludahku sendiri? Memang lidah tak bertulang, tapi dari obrolan yang tidak di sengaja tadi aku tau dia seumur denganku tapi dia bersekolah di salah satu sekolah di Bogor, sedang aku berada di kota Cilegon. Jauh, tapi kurasa dia orang yang cukup baik.
_***_

            “Kamu mau ga jadi pacar aku?” tanya revan di depan sekolah saat aku sedang menunggu bis untuk pulang. Sekolahku bukan di Cilegon tapi di Serang. Jadi butuh naik bis dan angkutan umum untuk sampai di rumahku, yah meski hanya butuh waktu setengah jam saja.
            “Maksud kamu apa van?” tentu saja aku kaget, aku tahu dia mak comblang aku sejak tengah semester kelas 1 kemarin, sudah setengah tahun.
            “Aku gamau kamu nangis karena cowo lain yang jelas-jelas ga suka sama kamu. Aku semakin tahu kepribadian kamu, aku mau kamu jadi kekasihku, Tia seharusnya kamu pilih aku.” Jelas revan yang memegang kedua tanganku.
            “Kamu pikir aku ga laku? Aku gamau kamu mengasihaniku seperti ini!” aku merasa tersinggung, dan marah. Aku pun langusng meninggalkannya sendirian, untung saat itu ada bis yang lewat.
            Di rumah aku mendapati sms dari Rian, dia hadir di saat aku butuh ketenangan. Tak lama hanya dua minggu tiba-tiba saja dia jadi teman baikku, namun rasanya beda, seperti ada yang aneh. Dan benar saja Rian menyatakan cintanya padaku. Aku menggerutu dalam hati, dia terus mencoba menelfonku karena aku belum menjawab pertanyannya itu. mungkin ini yang di sebut Galau atau karma karena aku sudah menyepelekan tentang cara jaman sekarang yang mencari jodoh melalui nomor Hp. Entahlah yang jelas aku bingung, Revan anak yang baik dan tulus, tapi Rian juga baik dan terdengar tulus meski kita belum bertatap muka.
_***_

Sudah tiga bulan berlalu, Revan menghamipiriku di kantin sekolah saat istirahat, aku tak menolaknya 3 bulan lau tapi juga tak menerimanya. Mungkin dia merasa di gantung tapi seperti yang menerima saja. Apa aku sudah keterlaluan?
            “Tia, hubungan kita ini gimana?” tanya revan.
            “Maaf van, kita kan cuma teman. Ga lebih, maaf aku baru memberi keputusannya sekarang.” Jawabku sedikit bersalah. Revan sepertinya tersenyum mengerti. Sudah 3 bulan aku jadian dengan Rian, yang aku pilih. Tpi juga memberi Revan harapan. Mungkin aku sudah salah, aku fikir bersama Rian hanya untuk iseng-iseng, tapi dia begitu tulus padaku. Sehingga aku ingin mencoba serius hanya pada Rian.
            Ini adalah hari yang di tunggu, Rian akan datang ke Serang untuk ke rumah saudaranya. Kami bertemu di depan sekolahku, aku hanya menunggu sendirian di depan kelasku yang sudah sepi. Anak-anakpun sudah pulang kecuali murid STM yang memang masuk siang. Sebelumnya dia memberitahuku rumah sudaranya secara lengkap. Aku kaget, rumahnya mengarah ke daerah rumah Revan, bahkan saudaranya adalah teman dari Revan yang memang aku kenal. Makanya aku pastikan Revan sudah tidak berada di daerah sekolah, sebaiknya dia sudah pulang. Aku sedikit khawatir saat akan bertemu, bagaimana kalau temannya Revan ikut dan mengetahui akulah kekasih Rian, apa dia akan mengadu pada Revan dan membuatnya sakit hati?
            Jam tanganku sudah menunjukan pukul tiga sore, tiga jam sudah aku menunggu. Sampai baju seragamku lepek dan bau, bisa-bisa jamuran nih. Langsung saja aku menuju ibu-ibu kantin langgananku untuk meminta sedikit minyak wangi. Lumayan gratis, daripada badan lusuh, dan bau begini harus bertemu sag pacar.
“Tia ya?” tiba-tiba suara cowo yang begitu manis membuyarkan kekhawatiranku. Wajahnya bulat, poninya seperti justin bieber, kulitnya hitam manis, matanya sedikit sipit, dan badannya ideal tak terlalu tinggi dariku.
            “Iyah, kamu Rian?” tanyaku asal menebak. Benar saja cowo yang sekarang di hadapanku adalah Rian, kekasihku yang kini nyata. Dia memang manis seperti suara lembutnya. Dan untungnya dia sendiri, aku menghembuskan nafas lega dan hanya mampu tersenyum-senyum sendiri.
            “Kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Rian yang kebingungan.
            “Engga, kamu tau ga? Dunia itu sempit yah?” jawabku dengan penuh senyum.
            “Hmm,, mungkin. Hei, ternyata keisenganku berbuah manis kaya kamu.” Ucap Rian sedikit merayu. Aku hanya mampu tersenyum, dasar Tia. Sebaiknya aku tidak menyepelekan sesuatu yang tak masuk akal lagi. Kamipun masih melanjutkan hubungan ini, meski dia harus kembali ke Bogor. Bukankah dunia ini indah? Begitupun cinta, memang indah.



Mohon kritik dan sarannya.. :)
Di facebook: Tania ciiRyaniia
Makasih..