Dia Yang Pergi
Oleh : Farhatul Aini
Kriiiiiiiiiiiiiinggggg…..
Bunyi alarm dari beker Kevin mulai membangunkannya, seperti memerintah agar cepat terbangun dari tidur pulasnya, sepertinya Kevin baru tertidur pulas tapi dia harus segera bangun dan beraktifitas lagi. Badannya masih terasa lemas dan malas tapi Kevin berusaha membangkitkannya dari pada nanti tiba-tiba mamahnya berteriak-teriak membangunkannya, malah akan menambah suasana yang tidak menyenangkan saja, karna pasti mamahnya akan berceramah “Kevin kamu sebagai anak laki-laki pertama mamah, harus memberikan contoh yang baik untuk ade kamu, terutama bangun pagi itu penting untuk membentuk kepribadian kamu.” Mamahnya memang sangat memanjakan anaknya, walaupun Kevin sendiri kadang risih dengan kelakuan mamahnya yang dianggapnya LEBAY.
Mahasiswa yang mengambil jurusan ekonomi, kini kuliahnya sudah semester 3. Setelah cuci muka, yang biasa Kevin lakukan di pagi hari adalah bermain basket di halaman belakang. Itu yang sering ia lakukan rutin di pagi hari. Lalu diantarkanlah adik perempuannya yang bernama Naila ke sekolah, tapi sebagai panggilan agar lebih didengar manja, Naila menyuruh semua orang memmanggil dirinya Lala.
“kaka ayoo dong buruan, Lala udah telat nih.”
“iya sebentar sayang.”
Waktunya mengantar adik kesayangannya ini pergi ke sekolah. Dikeluarkanlah motor ninja hitamnya dari garasi.
“eh ka, kaka udah punya pacar ya sekarang ? pokoknya pacar kaka ga boleh cantik, ga boleh nyaingin kecantikan Lala, nanti kaka lebih sayang sama pacar kaka dari pada sama Lala.” Sahut bocah umur 12 tahunan ini.
“Lala tau darimana ?”
“itu di twitter kaka, ada yang mentions sayang-sayang, Lala kan selalu update gitu ga kaya kaka mahasiswa kuper jarang update.“
“waah kaka kan banyak tugas La, ga sempet buka-buka yang ga penting, tapi mungkin itu cuma teman kali.”
“ah kaka bohong.”
“sudahlah Lala, kita jalan aja yuk.”
Ini pasti kerjaan Nessa, dasar anak SMA ga penting banget sih, sayang-sayangan di depan sebuah situt jaring sosial, kan bisa diliat banyak orang, gerutu Kevin dalam hati.
Dengan motornya, Kevin antarkan Lala ke sekolah.
* * *
Kevin ingat bahwa semalam ia menghabiskan waktu berkencan dengan seorang wanita yang kini sekarang menjadi bagian dalam hidupnya, walaupun hanya seorang pacar tapikan mereka sudah terikat sebagai seorang kekasih. Yah tepatnya pukul 20.26 semalam Kevin menyatakan cinta pada Nessa dan Nessa pun tak enggan untuk menolak. Namanya Nessa, dia adalah siswi SMA Bakti Mandiri, yang dulu pernah menjadi sekolah SMA kevin juga. Gadis ini rupanya polos tapi memang menarik, mungkin itu yang membuat Kevin berani melangkah untuk menjadikannya seorang kekasih. Sebenarnya Kevin tak pernah berfikir panjang untuk menjadikannya sebagai pacar, entah apa maksudnya serius apa hanya untuk bersenang-senang seperti pacar-pacarnya yang lalu.
* * *
“ciyeh yang baru jadian.” Seru Riri dengan tiba-tiba menghampiri Nessa.
“hei Riri, iyaa ni ri gue bahagia banget sekarang.”
“iyalah tau Kevin kan cowok baik banget, ganteng lagi siapa sih yang ga bakal nolak dia.”
“bukan itu ri yang buat gue bahagia.”
“terus apa?”
“gue seperti ngrasain mencintai seseorang dengan tulus, sebelumnya gue ga pernah ngrasain ini, gue sangat bersyukur bisa milikin dia, dia cowok dewasa yang pasti bisa bimbing gue ke arah yang lebih baik.”
“ya loberuntung Nes, tapi lo juga harus hati-hati, walaupun udah lama kenal dia, tapi kan lo belum lama menjalin hubungan yang statusnya berpacaran.”
“okeh-okeh sip sayang, udah yu masuk udah bel nih.”
* * *
Disuatu hari saat hubungan mereka sudah terjalin beberapa waktu, yang bulan-bulan sebelumnya mereka lalui dengan penuh rasa cinta dan kasih. Hari ini tepatnya hari rabu, jadwal kuliahnya yang pagi membuat Kevin berniat ingin mengajak jalan Nessa.
Bel berbunyi, raut muka siswa-siswi Bakti Mandiri yang sudah terlihat membosankan kini berubah menjadi tampak lebih cerah.
“ri, kamu pulang duluan aja yaa.”
“laah kenapa, kamu gamau pulang bareng aku lagi atau ada perlu biar aku anter deh yang penting aku ga pulang sendiri.”
“bukannya itu ri, aku ada janji sama Kevin, masa kamu juga mau ikut si?”
“oh, ada janji dengan someone, yauda deh aku pulang sendiri aja, hati hati ya sayang good luck buat kencannya.”
“okeh sip-sip.”
Tanpa berbasa-basi lagi Nessa langsung menuju halte sekolah dan menunggu Kevin yang janji akan menjemputnya. Sudah beberapa menit tapi sosok Kevin belum muncul juga, dibuat rasa khawatir cuaca yang tidak mendukung sedikit-sedikit awan berwarna gelap berdatangan membuat Nessa tambah was-was, karena gadis polos ini seperti alergi dengan air hujan, sebentar saja ia bermain-main dengan airnya, tubuhnya tak akan sehat lagi, akan dirasanya pusing dan jatuh sakit keesokannya. Segeralah ia buka ponsel dan mengirim pesan singkat.
Sayang ada dimana ? ade udah nunggu nih.
hanya sebuah pesan singkat kecil namun balesan pesan itu sangat diharapkan Nessa.
Pukul 02.30 tepatnya, disitulah kejenuhan dan rasa khawatir lebih terasa, tanpa berbasa-basi lagi Nessa langsung menekan tombol call pada kontak layar handphone-nya yang bernama Kevin. Hasilnya tidak ada jawaban, hal yang sangat tidak diharapkan oleh Nessa.
Cuaca semakin tidak bersahabat, langit mulai mengeluarkan airnya sedikit demi sedikit. Namun Nessa masih mengharapkan Kevin akan datang dan segera menghapus rasa ketakutan yang ada dalam dirinya sekarang. Akhirnya yang ditunggu datang juga, dari arah jalan disana Kevin melaju motornya dengan cepat dan berhenti dihadapan Nessa.
“maaf ya de, kaka tadi ada tambahan jam kuliah dan ga sempet ngabarin ade.”
“iya gapapa kaka.” Jawab Nessa dengan senyuman penuh cinta.
“cepat pulang yuk, nanti hujannya semakin deras.”
Tapi berbasa-basi lagi Nessa langsung menaiki motor Kevin. Namun ketika di jalan hujan semakin deras mengguyur mereka, dan tiba-tiba motor Kevin berhenti.
“ada apa ka tiba-tiba berhenti?”
“kita berteduh dulu ya, nanti kamu sakit Nessa.”
“tapi kaka kan harus cepet pulang, Nessa ga mau kaka dimarahin”
“yaudah, pake jaket kaka yah, biar Nessa ga sakit.”
“tapi kaka?”
“udah jangan ngelak nurutin apa kata kaka sayang.”
Tanpa berbasa-basi lagi, Nessa langsung mengenakan jaket yang diberikan Kevin, motor yang akan melaju kencang, membuat tangan Kevin menaraik tangan Nessa ke depan lingkar pinggangnya, Nessa merasakan ada sesuatu yang bergejolak beda dalam perasaannya.
* * *
Beberapa minggu telah berlalu, lika-liku dalam kehidupan Nessa tak ada yang berubah, namun sikap Kevin hari ini sangat aneh, beberapa hari ini Kevin tak pernah mengabarinya. Nessa memutuskan untuk menemui Kevin di rumahnya, walaupun tujuannya hanyalah mau mengembalikan jaket Kevin.
Setelah sampai di rumah Kevin, keluarlah anak kecil yang cantik dan menggemaskan rupanya.
“kaka cari siapa?”
“cari Kevin, Kevinnya ada?”
“oh, pasti kaka ka Nessa ya pacarnya ka Kevin?”
“iya bener, ko ade tau?”
“iya dong Lala kan suka update di twitter gitu, ka Kevinnya belum pulang, ga biasanya si, kaka masuk aja yu.”
“ga usah deh cantik, kaka mesti buru-buru pulang nitip ini aja ya buat ka Kevin.” Nessa kasikan jaket itu pada Lala.
“baik kaka, sampai jumpa kaka cantik.”
Setelah Nessa pergi, datanglah dari sebuah motor yang melaju agak kencang.
“hei kaka, tadi ka Nessa datang kesini nitip ini buat kaka.”sahut Lala buru-buru
“Nessa? sudah lama?”
“baru aja pulang ka”
Tanpa berbasa-basi Kevin langsung melaju dengan motornya.
Di jalan dia melihat Nessa yang masih mengenakan baju seragam, dan sedang menunggu sebuah Taxi.
“Nessa.”teriak Kevin
“kaka.”
“ikut kaka yuk sebentar.”
“mau apa ka?”
“udah naik aja.”
Nessa langsung mengikuti apa yang diperintah Kevin. Tibalah disuatu taman tak jauh dari rumah Kevin. Disitu mereka duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih.
“Nes, bagaimana kabar kamu.”
“baik ka, kaka kemana aja si ?”
“maaf ya Nes, mungkin kaka banyak salah sama Nessa, tapi kaka rasa hubungan kita ga bisa berlanjut.”
Ditaman yang indah dengan cuaca yang mendung dan sebentar lagi langit pasti akan mengeluarkan sebuah butir-butir cairan yang membasahi sekitar bumi, disitulah saksi berakhirnya kedua insan ini.
* * *
Hari ini hari saat pengumuman kelulusan SMA Bakti Mandiri, tak sabar Nessa melihat tulisan yang di tempel disebuah papan pengumuman yaitu tulisan yang menyatakan dia “LULUS” dan itu artinya Nessa bakalan jadi seorang MAHASISWA.
“ri gue lulus” sorak girang pada sahabatnya itu
“gue juga Nessa.”
Kebahagiaan terpancar dari keduanya, tak sia-sia perjuangan yang mereka lakukan untuk sebuah masa depan yang akan mereka raih. Dari sebuah ponsel Nessa nampaknya ada pesan masuk yang tak asing baginya.
“selamat ya adeku sayang, atas kelulusan kamu :* ”
wajahnyapun langsung memerah kegirangan.
“ciyeh pasti sms dari Kevin, senyum-senyum gitu.”
“iya nih ri, dia ngucapin selamat gitu, berarti dia inget ini hari kelulusan gue.”
“itu tandanya dia masih sayang sama lo, kenapa ga balikan aja sih kalian?”
“engga ri, dia sayang sama gue cuma sebagai ade, ga lebih.”
“dia kan udah punya ade, ga mungkinlah kalo dia mau punya ade lagi.”
“tapi nyatanya gitu.”
“udahlah gausah dibahas, gue gamau kebahagiaan kita dirusak gara-gara hal yang udah bikin lo sakit.”
* * *
Mereka memang putus dalam sebuah ikatan berpacaran, namun kasih sayang Kevin masih sangat dirasakan, berbulan-bulan Nessa mengalami hal ini namun tanpa kepastian dan kejelasan dalam sebuah hubungan yang mereka jalani.
Kesakitan yang begitu menusuk kini dirasakan Nessa tiap harinya, tak bisa ia membayangkan akan indahnya cinta yang ia rajut bersama mantan kekasihnya itu. Luka bertubi-tubi namun kini saatnya Nessa membuka diri, dan melupakan semua yang terjadi walaupun mengandung makna yang sangat berarti dalam hidupnya.
Untuk menghilangkan itu semua, Nessa bertekad untuk kuliah diluar kota tanpa memberitau Kevin, tepatnya besok Nessa akan berangkat menuju Surabaya.
“lo yakin Nes, ga ngasih tau Kevin.”
“iya, gue kan pergi buat ngelupain dia juga, kalo saat gue pergi ketemu dan ada salam perpisahan sama dia, gue bakal keinget terus sama dia.”
“yaudah kalo itu mau lo.”
“gue mau nitip ini ya, kasiin kalo dia nanti nyariin gue.”
Sebuah CD yang yang nampaknya itu akan menggambarkan sebuah perasaannya.
* * *
Kini tiba waktunya berminggu-minggu Kevin tak mendapatkan kabar Nessa, awalnya Kevin hanya merespon biasa saja, dia berfikir mungkin Nessa sudah bosan dengannya atau dia sudah mendapatkan penggantinya. Namun dia mendapatkan kabar dari adiknya bahwa di twitternya Nessa, terdapat sebuah tweets yang menyatakan dia sedang berada di Surabaya. Kevin langsung menghubungi Nessa tapi tak ada jawaban. Ia memutuskan untuk menemui Riri sahabat Nessa.
“jadi Nessa beneran kuliah di Surabaya, tapi kenapa dia ga pernah bilang?” Tanya Kevin setibanya dia tau bahwa Nessa benar-benar pergi.
“Nessa ga ingin kaka tau, karna dia pergi sekaligus ingin menyembuhkan lukanya yang kaka buat, kaka ga pernah sadar si apa yang kaka lakukan itu benar-benar egois, kaka ingin bahagia, tetapi Nessa hanya mendapatkan harapan palsu dari kaka.”
Termenung, ternyata perkataan itu benar-benar menusuk hati Kevin.
“Nessa hanya menitipkan ini buat Kaka, dia bilang aku boleh ngasiin ini ke kaka kalo kaka nyariin dia.”
Diambilah sebuah CD itu, sampai dirumah Kevin langsung memutarnya. CD itu berisikan sebuah lagu-lagu yang menggambarkan isi hati Nessa pada saat ia sedang mengingat kisah lalunya. Membuat hatinya tergoyah dan menyadari bahwa kini orang yang menyayanginya dengan tulus telah pergi.
* * *
“ri tolong dong bantu kaka, biar bisa ngobrol dengan Nessa.”
“tapi ka, aku ga mau bikin Nessa mengingat semuanya, mungkin disana dia telah melupakan kaka, dan sekarang akau mau ngembaliin dia ke masa lalunya, rasanya tidak mungkin.”
“tolong ri, kaka benar-benar nyesal, ini mungkin yang terakhir.”
Dihantui rasa bersalahnya Kevin selalu berusaha membujuk Riri agar membantunya bisa berkomunikasi lagi dengan Nessa. Dengan usaha yang tak sesekali akhirnya Kevin berhasil meluluhkan hati sahabat Nessa itu. Dari sebuah ponsel nya Riri langsung menelfon sahabatnya.
“hei Riri.” Dijawablah telpon sahabatnya itu disana
“ini Ka Kevin Nes”
Nessa agak kaget bahwa yang berbicara dengannya itu disana adalah orang yang amat ia rindukan. Merasa canggung untuk menjawabnya, iapun hanya terdiam.
“kenapa Nessa pergi tanpa ngasih tau kaka, Nessa jahat ya sekarang, Nessa gamau berteman sama Kaka.”
“maaf kaka, waktu itu Nessa takut ganggu kaka.”
“Nessa sama sekali ga pernah ganggu kaka, Nessa kini kaka udah tau semuanya, kaka juga udah denger CD yang Nessa kasih, kaka Cuma mau bilang, Nessa jangan pergi lagi dari kaka, kaka merindukan Nessa.”
Perkataan itu membuat butiran air mata membasahi pipi Nessa tanpa Kevin ketahui.
“Nessa juga merasakan hal yang sama, tapi Nessa ga bisa kembali kaka.”
“kenapa, apa Nessa benci sekarang sama kaka.”
“engga sama sekali ka, buat Nessa kaka adalah bagian hidup terindah Nessa, tapi Nessa sadar, Nessa bukan orang yang kaka pilih untuk hidup kaka.”
Dari jauh disana sambungan telefon itupun terputus.
* * *
Semua hal yang terjadi membuat pelajaran bagi Kevin akan kehidupannya, berhenti membuat sebuah kesalahan besar, dan selalu belajar dari sebuah penyesalan, kini cinta yang dianggapnya sebuah permainan, menjadi cinta yang penuh arti dan banyak pembelajaran. Sesuatu penyesalan dalam hatinya berkata
“jika aku diberikan suatu pilihan apa yang aku inginkan, walaupun semua pilihan itu penting dalam hidupku, namun hanya satu keinginan dalam hidupku maafkan aku dan kembalilah kepadaku.”
Fb : Farhatul.aini@yahoo.com
aini-gonilll.blogspot.com