Kumpulan Puisi Raisya Al-Banjari
Bingung Mampus
Racun nampaknya telah merasuk
Tak hanya menusuk
Tapi jua membusuk
Aku berdiri..
Ku telisik hati
Kujelajahi rupa nurani
Jika masih menggerogoti,,
Aku berjanji..
Akan ku hukum mati
Hey! Tiba-tiba mulutku menjerit
Kubuang acid berikut pahit
Sungguh tak ingin lagi ku dipersakit
Tapi setelah itu aku harus kemana?
Aku bertanya..
Berharap pada nyata
Mengapa maya yang kuterima??
Oh Tuhan..Aku bingung mampus
Aku heran bagai terbius
Jadi tolong jangan buatku mengendus
Seperti anjing yang seolah haus
Kembalikan aku seperti pelangi
Yang warnanya kan menghiasi seisi bumi
Dan menjadikan manusia mengagumi
Tuhan..
Sebenarnya aku tak meminta bumi
Atau langit berubah dibawah kaki
Aku hanya minta sepotong hati
Untuk mengganti diri
Untuk lebih memahami
Revolusimu beserta Riwayatku Kini
Perlahan,, Perih ku terkikis oleh revolusimu
Meski nafasmu terengah-engah
Namun tak terkurangi kekuatanmu
Dulu hatimu suram ibarat malam
Yang membuat sorotan kelam itu nampak tajam
Penderitaanmu pun ingin ku rasakan jua
Walau bernanah
Hingga pun tercabik ataupun membusuk epidermisku
Luka itu..
Jika hanya perih aku tak mampu menahannya
Namun jika berdarah maka akan terkurangi sakitnya
Dirimu bagaikan ombak yang terkadang tenang
Tapi acapkali bergemuruh dengan ganas tanpa pandang asa
Godaan mereka mungkin akan kau hampiri kembali
Tapi kumohon jangan berpaling dari jalan ini
Aku masih berhenti
Jika kau putuskan,,
Maka aku kan segera berlari mengejar saudaraku dan meninggalkanmu
Tapi aku tak mampu
Keyakinan ini tak kan berubah
Meski di lain masa ku harus menyusurinya sendirian saja
Percayalah..
Tak kan tersisih dirimu dari kebaikan
Jika mushaf-mu kau pegang dengan keteguhan
Rabb-mu Maha Mendengar
Luapkan kegundahan dengan sujudmu
Dzikirmu..
Perih Saja
Hancurkan lagi,,
Sekeping harapku yang baru kupungut
Luka berlebam menghiasinya
Dipenuhi memar
Tak berdarah
Namun begitu menyakiti seluruh persendian hingga akal ku kian rusak olehnya
Jutaan sel saraf yang ku punya seakan terenggut tanpa iba
Robek kulitnya pun tidak
Perih saja,,
Bolehkah aku bertanya,,
Dimana dapat kutemui obat penawar dukamu
Hingga sudi kau pandang jalan lain yang kutawarkan
Kapan revolusi itu kau ciptakan?
Saudaraku berteriak memanggilku dari ujung kejauhan
Tak kupedulikan
Hanya karena hatiku yang kau rebut separuh itu belum kau kembalikan
Aku berhenti menyusurinya sendirian dan menunggumu
Tapi kau tak datang
Tak datang..
“T.E.K.A.D”
Musnah tak berjejak..
Keseluruhan hati bertumpah-ruah
Menguras air mata yang mengering sudah
Kosong menghampa
Berongga tanpa sisa
Inilah gundah-gulana jiwa
Yang menghapus warna tak bernoda
Di kala angin menghembus tak berkata
Ketika hujan menyapu keheningan menjadi suara
Saat itu pula rembulan tak menyala
Dan bintang pun tak mampu meneranginya
Tiba-tiba lelap membangunkanku tuk meminta
Membujukku tuk menghamba-menghiba
Ku curahkan segala duka beserta amarah
Tapi Tuhanku seolah berpaling wajah
Kepedihan itu..
Menghancurkan sebaris tanya yang susah payah ku tata
Seakan-akan menganggap tangisanku hanyalah sebuah hina
Akh..Aku bagaikan mati rasa
Kucoba tuk berbangkit,,
Namun kedua kakiku tak sudi di per-sakit
Kuteriaki seluruh raga,,
Tanpa peduli pada kesakitan yang kurasa
Lalu aku roboh..
Berlutut
Roboh lagi
Merangkak
Dan tertawa sekeras yang ku bisa
Oh..Aku merasa benar-benar gila
Saat kutengok otakku yang remuk-redam berceceran
Tapi hatiku masih terpasang
Terus memaksaku untuk berjuang
Aku kian lelah-melemah
Seiring kudengar sisa imanku berbisik berat
Kemudian mengutuki ku laknat hingga bejat
Sungguh..
Tak sedikit pun aku ciut
Aku tak takut
Karena “Aku bukan pengecut!!”
“Petang Yang Tak Beranjak”
Kelabu nampak menyelimutiku petang ini..
Bergeming,,Seakan mengacuhkan bisikanku
Ku rayu agar biasnya sudi tenangkanku,,
Dan ku lukis raganya hampir serupa parasnya jua
Tapi senyumnya tak kuasa berkibar
Bahkan mimiknya,,
Berganti setengah sekonpun tak..
Hhhhh…Batinku gundah gulana olehnya
Hingga nampak hatiku pun merana jadinya
Walau gertakannya mengusik berat..Penuh syarat
Namun entah mengapa jiwaku bercengkrama penuh gelora
Aku tak yakin perlakuan itu realita
Karena keramahan yang ku sangka begitu tak sama
Oh..Aku kira hanya sesuatu yang berbeda
Ternyata pula penuh sarat makna
Ku teriaki dia semampu wibawa:
“Bayang-bayang cepatlah berlalu,,
Jangan kau hancurkanku lalu malu!”
Bicara..Berucap..Berujar itu seolah tak sama kini..
Apakah patut dipercayai??
Akh..Mungkin sekeping imajinasi belaka,,
Yang muncul tanpa negosiasi ataupun bertanya
Ku pandangi pada waktu ia berbalik memunggungi waktu,,
Egonya yang bersisa itu..
Aduhai diri..
Otak ini seperti berkhianat meski sesaat
Kemudian waras tak berpendapat
Huuuft…….
Ku telaah langitku sekali lagi,,
Hanya ada petang
Hanya masih petang..
“Syair-Fikir”
Tersebutlah suatu ketika
Kisah asmara pecandu dunia
Ada yang buta
Ada yang gila
Tapi triliyunan sengsara,,
Meski sebagian pula bahagia
Diantaranya bercerita penuh seksama
Seluas-luasnya
Sedalam-dalamnya
Terkuras
Tercecer
Terpedaya
Terbelenggu
Huft..Entah hatiku mati kah
Atau membatu telah
Tak satupun sudi berbela amarah
Ku amanatkan dzikir
Ku renungkan Fikir
Lalu ku rangkai bait ini berikut syair,,
Sekira asaku terukir
Demi petang apabila fajar menyingsing
Ku dengar nurani melecehkanku seolah berbau pesing
Sadarlah hatiku jua,,
Duka lah ia jika banyak bersuka
Derita lah ia sesudah bersenang ria
Sungguh terlama aku menista
Berpuas jiwa tanpa agama
Kini ku saksikan beribu hikayat cinta membara
Lalu akhirnya?
Semoga bersama-Nya
Semoga selamanya
Cukuplah pada-Nya saja
May 2, 2011
Puisi Raisya Al-Banjari
Artikel Terkait Puisi Raisya Al-Banjari :
Puisi-Puisi KomariahTERIMAKASIH CINTA Terpaku menatap langit Sayup-sayup seuntai kata Diam bukan berarti jawaban Tapi diam bisa jadi suatu ungkapan ...
Puisi-Puisi Maria MayaKumpulan Puisi Maria Maya. Mantabs..... (^_^) Di dalam Batas Vertikal di dalam batas vertikal, aku duduk tegak me ...
Puisi Derrik HudayaDALAM SEBUAH SEPI Masihkah ada ruang Tempat bersemayamnya jiwa yang tenang Kala semburat senja menawarkan angkara Juga malam mal ...
Puisi-Puisi Imanuel GintingWah, puisi-puisi bang Noel G ini juara Bang. Keren anget nih...!! Galau Aku Memujamu Dengan gila kau telah menyemai bebiji resa ...
Puisi Dian Chaterina | Jangan Pernah Kembali Jangan Pernah Kembali menggores luka , membuka memori lama , sungguh tak ku harap lagi . waktu yang ku lalui tanpa mu , be ...