Jan 3, 2012

Cerpen: SAHABAT KEHIDUPAN

SAHABAT KEHIDUPAN
Oleh : Maulana Eka Putra

Di pagi ini suasana sangat berbeda, tak seperti pagi-pagi yang sebelumnya ku lalui dengan senyuman di dalam suatu keluarga yang utuh yang saling mengisi kisah-kisah indah di dalamnya. Yah, pagi ini aku baru saja kehilangan dari salah satu anggota keluarga ku, yaitu seorang Ayah. Tepat sekitar pukul 05:00 pagi tadi Ayah ku telah dipanggil olah Yang Maha Kuasa. Pagi ini menjadi pagi terakhir ku untuk menatap sesosok sahabat bagi ku yang hampir setiap saat selalu menemani dan bisa menjadi inspirasi ku untuk menjalani kehidupan ini.

Cerpen Sahabat Kehidupan
Ayahku meninggal karena sakit keras yang sudah lama menyiksa dirinya. Tetapi sebelum ajal menjemputnya ia selalu terlihat tersenyum di depan anak-anaknya dan keluarganya. Terlihat dari senyumnya itu ia tidak terlihat sakit. Memang Ayah ku menjadi sosok yang hebat bagi keluarga. Aku harus bisa mencontoh kehebatan sesosok Ayah yang tiap hari harus memikul beban untuk menafkahi keluarganya. Yah, di sini aku menjadi sesosok kakak bagi adik-adik ku, sebelum meninggal juga Ayah selalu berpesan pada ku, agar aku bisa menjadi seorang yang tegar yang mampu menghadapi masalah kehidupan yang sangat keras. Dulu Ayah pernah berpesan agar aku belajar untuk menjadi lebih dewasa karena apabila dirinya telah tiada maka aku yang akan menggantikan dirinya di dalam keluarga ini.

Di depan jasadnya pula aku setia di sampingnya untuk menjaga sebelum ia di pindahkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Tidak henti-hentinya aku selalu berdoa untuknya walaupun terus saja air mata mengucur dari kedua mata ku, sambil aku selalu mengingat kenangan indah bersamanya. Terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang di bacakan untuk mengantarkan kepergian Ayah ku, dan juga tak berhenti-hentinya orang-orang dan rangkaian bunga yang datang untuk memberikan rasa berduka cita kepada keluarga ku. Di luar rumah juga sudah ramai orang-orang sedang mempersiapkan untuk acara penguburan siang nanti. Bendera warna kuning telah terpajang di sana-sini.

Tak luput dari itu semua kini yang di butuhkan oleh Ayah ku bukan rangkaian bunga, bukan rasa duka cita dari orang lain, dan juga bukan tangisan dari orang lain, tetapi yang dibutuhkan hanyalah doa seorang anak untuknya. Doa itulah yang akan mengantarkannya di tempat yang sangat indah di alam sana. Maka dari itu aku harus tegar dan terus berdoa untuknya. Tiba-tiba saja adikku yang baru berusia 3 tahun datang pada ku, mungkin dia salah satu keluarga ku yang tidak merasakan kesedihan, karena dia belum mengerti apa-apa. Pada saat orang-orang yang lain larut dalam kesedihan, dari tadi dia hanya sibuk dengan mainan mobil-mobilannya. Tiba-tiba saja dengan lugunya dia bertanya pada ku.

“Kak, ko di rumah banyak orang siihhh ??”

Aku pun hanya diam tanpa kata-kata, dan dia pun kembali bertanya pada ku.

“Kak, Ayah lagi tidur yahh ??”

“Iya itu Ayah lagi tidur”

“Kenapa ga di bangunin ajh kak, kan lagi banyak orang di rumah”

“Jangan, mungkin Ayah lagi kecapean kan kemaren Ayah baru ajh dari rumah sakit”

“Oh iya, yaudah deh biarin Ayah tidur ajh entar kalo Ayah udah bangun panggil aku yah kak ! aku mau mainan sama Ayah”

Begitulah yang hanya aku bisa sampaikan kepada adikku, aku tidak bisa mengatakan yang sesungguhnya bahwa Ayah akan pergi selamanya dan tidak akan mungkin bisa kembali lagi bersama-sama dengan kita, karena dia belum mengerti apa-apa.

Tibalah saatnya prosesi pemakaman yang sebelumnya jasad ayah ku telah di mandikan dan di sholatkan. Setibanya di kuburan, di sana sudah banyak orang-orang yang menunggu. Telah di siapkan juga kuburan berukuran 2 x 1,5 m untuk tempat peristirahatan terakhir Ayah ku. Aku pun teringan petuah yang dulu Ayah berikan pada ku. Bahwa janganlah kita selalu mementingkan kepentingan duniwi, karena kelak kita akan mengalami kehidupan setelah di dunia ini yaitu kehidupan di akhirat. Sebesar apapun rumah yang kita miliki nantinya kita akan menghuni tempat yang terbuat dari tanah berukuran 2 x 1,5 m, sebagus apapun baju yang kita kenakan di dunia, maka baju yang paling layak di gunakan di tempat peristirahatan yang terakhir hanyalah kain kafan berwarna putih yang membalut tubuh kita.

Ayah selalu memberikan nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat untukku sewaktu dia masih hidup, kini aku yang harus menggantikannya dengan memberikan nasihat-nasihat kepada adik ku.

Aku selalu bersyukur kepada Tuhan, karena ia telah memberikan malaikat yang begitu sempurna yang memberikan keindahan dalam hidup ku yaitu sesosok Ayah. Terimakasih Tuhan !

Ayah, di tempat ini sebagai tempat kita terakhir bertemu semoga apa yang dulu Ayah selalu berikan padaku sejak aku kecil selalu bermanfaat dalam hidup ku. Kini aku yang akan menggantikan dirimu, aku akan menjaga keluarga ini semampu ku. Aku juga akan mencoba menjadi seorang yang tegar seperti mu, aku juga ingin menjadi yg terbaik bagimu. Kenangan-kenangan indah yang ku lalui bersama mu akan selalu aku ingat. Kata-kata yang keluar dari bibir mu menjadi pelajaran bagi ku. Selamat tinggal ayah aku akan selalu mengirimkan doa untuk mu kapan pun dan di mana pun. Dalam hidup kau selalu menjadi Sahabat Kehidupan bagi ku, walaupun raga mu sudah tiada tetapi kasih sayang mu yang kau berikan selalu akan hidup dalam keluarga ini. Aku selalu berharap suatu saat kita akan bertemu di suatu tempat yang sangat indah yaitu di surga.

THE END


Moral Value :
Jaga terus keluarga kita beri kan rasa kasih sayang yang kita miliki, dan juga kita harus merbakti kepada orang tua kita. Jangan kita keluarkan air mata yang kita miliki dengan sia-sia jangan menangis karena di tinggal oleh seorang kekasih tapi kita juga harus menangis apabila kita tidak dapat berbakti lagi kepada kedua orang tua. Lakukan yang terbaik di dunia ini jangan hanya mementingkan kepentingan duniawi karena kita juga akan merasakan kehidupan setelahnya dengan mempersiapkan diri sejak dini.


Penulis : Maulana Eka Putra
e-Mail : mekaputra31@yahoo.com
Facebook : http://www.facebook.com/khattul
Twetter : https://twitter.com/#!/maulanaeputra
Sekolah : SMA Negeri 66 Jakarta / 2014
Cerpen lainnya karya Maulana Eka Putra: Berawal Dari Sebuah Persahabatan.