Hujanpun Ikut Menangis atas Kepergianmu
oleh: Ainun Mardiah Siregar
Clark tersenyum menatap kiri dan kanannya sambil menikmati suasana kota Paris dimusim gugur yang ramai oleh para pengunjung yang sedang dilema keindahan taman Groovy. Duduk dikursi kayu berwarna coklat terukir indah sambil menatap langit kota yang cerah, membuat hati tak kalah cerah suasana kota. Kicauan burung yang saling bersautan menambah nikmatnya keindahan kota Paris disaat dedaunan berubah menjadi warna-warna senja.
Clark, Clark adalah seorang calon siswi yang akan melanjutkan sekolah ke tingkat SHS . Ia merupakan perempuan Asia, yaitu Indonesia-Jepang. Saat ini, ia sedang menghabiskan hari-hari liburnya yang hanya tersisa kurang lebih dua minggu lagi. Ia baru saja menerima hasil ujian akhirnya dan mendapatkan nilai yang cukup memuaskan.
Puluhan pasang kaki telah halulalang lewat didepan Clark. Semakin lama lamunannya semakin memberikan kedamaian. Lamunan penyejuk itu buyar ketika handphone bermerek Blackberrynya berdering. Dengan sekejap tangan kanannya mengambil ponsel yang tersimpan ditasnya dan menatap layar handphonenya. “Private Number ”. Clark langsung mengangkat handphonenya ke telinganya.
“Ya?” ketus clark.
Terdengar suara misterius dari seberang sana “Benarkah ini Clark Simpson”
“Ya, anda siapa?”
“Bisakah kita bertemu sebentar? Ada yang ingin saya bicarakan. Penting! Kita bertemu di restoran Amfirts di Pusat Kota.”
“Emm..” suara sambungan yang terputuspun terdengar di ujung sana. Clark yang heran memasukkan handphonenya kedalam tas coklat berbahan dasar kulit dan membawa tas itu pergi ke parkiran taman. Sesampainya di parkiran taman ia melihat sesosok laki-laki tinggi, berkulit putih, berambut coklat dan berparas keturunan Indonesia yang sedang berbicara dengan petugas taman. Clark merasa mengenali lelaki itu, namun ia ragu karena laki-laki itu memunggunginya. Tiba-tiba laki-laki itu berbalik sembari tersenyum tipis. Dengan sekejap senyum laki-laki itu memudar dan berubah menjadi wajah yang memberengut.
“Clark? mengapa aku harus bertemu dengannya disini dalam situasi yang seperti ini. Sungguh kebetulan yang menyedihkan” gumam aldes pelan sambil berjalan menuju Clark.
“Hei, sedang apa kamu di sini?” kata Clark dan Aldes serentak.
“Hiih. Sedang apa kamu di sini?” seru Clark membentak.
“Suka-suka aku. Apa urusannya denganmu? Emangnya kenapa? Nggk boleh? Jadi cewek nggk usah ngurusin orang. Urusin aja dirimu sendiri. Dirimu aja belum benar” seru Aldes.
“Apaan sih kamu? Marah-marah nggk jelas. Siapa juga yang ngurusin kamu. Nggk penting banget. Kamu pikir kamu siapa? Ogah benget ngurusin kamu. Oya, lama-lama kamu kayak cewek ya? Cerewet banget. Lebih cerewet dari pada aku.” ujar Clark kesal sambil menggenggamkan tangannya geram.
“Heh kamu, enak aja kamu bilang aku kayak cewek. Aku ni cowok. Bukan cewek ingat tuh. Ah. Akhirnya kamu ngakuin juga kalau kamu cerewet. Emang ya kamu cewek judes. Cewek nggk jelas. Cewek lesbian.!”
Tangan Clarkpun melayang dengan keras ke pipi Aldes sehingga menimbulkan bekas berwarna merah di pipi sebelah kiri Aldes. “Heh kamu. Kamu pernah diajarin orang tuamu sopan santun nggk sih? kamu seenaknya aja ya bilang aku cewek nggk jelas. Bilang aku cewek lesbian. Apa buktinya kalau aku cewek nggk jelas? Apa buktinya kamu bilang aku cewek lesbian hah?”
“Awww.. Sakit bodoh! Kamu pikir di gampar itu enak apa? Kamukan emang cewek nggk jelas sekaligus lesbian. Buktinya aku nggk pernah ngeliat kamu jalan ama cowok. Kamu selalu jalan ama cewek.” ujarnya menjelaskan dengan nada geram sedangkan sebelah tangannya memegangi pipi sebelah kirinya.
“Tapi, aku tuh bukan nggk pernah jalan ama cowok.. Aku tuh”
“Alah sudahlah. Dasar cewek lesbi. Pergi sana aku nggk mau dekat kamu. Nanti aku ketularan kamu. Pergi. Pergi sana”
“Eh dasar cowok berengsek. Nggk punya perasaan. Beraninya cuma sama cewek. Baik aku akan pergi. Lagipula siapa yang mau dekat ama kamu? Tapi ingat, aku benci sama kamu dan akan aku buktiin kalau aku bukan lesbi. Aku normal. Ingat itu. dasar cowok brengsek nggk punya perasaan.” ujarnya sambil berlari menuju motornya dan pergi meninggalkan taman menusuri jalanan menuju ke tempat yang diberikan oleh penelpon misterius tadi.
Ternyata Clark dan Aldes merupakan dua orang remaja yang dulu satu JHS , satu kelas dan satu wilayah tempat tinggal. Mereka hidup dilingkungan yang sangat dekat yaitu Clark merupakan tetangga sebelah rumah Aldes. Kedekatan itu seharusnya membuat mereka akrab, namun keakraban itu hanyalah musuh bagi mereka berdua. Mereka tidak pernah akrab. Mereka selalu bertengkar ketika bertemu. Namun, sepertinya takdir tidak menyukai pertengkaran mereka, mereka selalu disatukan sejak JHS hingga ujian akhir sekoah. Sejak awal masuk JHS hingga mereka ujianpun mereka masih satu kelas, namun seperti biasa, mereka selalu bertengkar ketika bertemu. Teman-teman mereka menganggap pertengkaran mereka sebagai makanan sehari-hari karena mereka setiap hari selalu mendengar keributan dari mereka.
*****
Selama diperjalanan, Clark menggerutu tidak jelas mengenai pertemuannya dengan Aldes di taman tadi. Setelah 15 menit menyusuri jalanan, akhirnya Clark sampai di restoran Amfirst. Iapun memarkirkan motornya di parkiran restoran itu, namun ia masih teringat dengan pertemuannya dengan Aldes tadi. Akhirnya ia mencoba menenangkan diri sejenak. Setelah merasa tenang, iapun melangkahkan kakinya ke meja resepsionis restoran itu. Petugas resepsionis itupun menunjuk kearah meja dimana terdapat seorang lelaki sedang duduk di sana sambil menikmati minuman yang telah dipesannya. Dengan rasa penasaran, Clarkpun melangkah menuju meja itu.
“Selamat siang? Perkenalkan saya Clark Simson” sapanya ramah.
“Oh Clark Simson silahkan duduk. Saya kira anda tidak akan datang karena saya menelpon anda menggunakan private number. Oya Apakah anda sedang sibuk? Saya harap tidak begitu”
“Tidak, kebetulan saya sedang libur. Jadi apa yang akan dibicarakan?”
“Oh, baguslah. Maaf sudah mengganggu waktu anda. Langsung saja saya adalah utusan dari kepala sekolah SHS Gobeld. Disini saya ingin membicarakan mengenai hasil test anda di SHS Gobeld dua hari yang lalu.”
“Memangnya ada apa ya pak?”
“Jadi begini, sebenarnya terjadi sedikit kesalahan dalam pengetikan nama pada papan pengumuman hasil test kemarin. Sebenarnya anda berada pada peringkat 41, bukan 40. Namun, petugas pengetikan hasil test salah mengetik. Ia mengetik nama anda dahulu dan akhirnya nama siswa yang seharusnya berada di peringkat 40 tidak tercantum”
“Jadi.. jadi” ujar Clark dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
“Ya.. anda masuk didaftar cadangan. Itupun jika anda setuju. Saya mewakili dari pihak sekolah memohon maaf atas semua yang terjadi. Tidak ada maksud apa-apa. Semua diluar dugaan dan semua ini tidak disengaja. Sekali lagi kami mohon maaf.”
“….” Clark menangis terisak. Ia mungkin menyetujui untuk menjadi cadangan. Namun ia tidak yakin untuk masuk kesekolah itu, karena berdasarkan fakta, tidak ada satupun siswa yang lulus test mengundurkan diri. Semuanya akan menyetujui persetujuan apapun dari sekolah.
*****
Setelah pertemuan Aldes dan Clark ditaman tadi, Aldespun pulang kerumahnya. Selama diperjalanan ia memikirkan apa yang dilakukannya tadi kepada Clark. Ia memaklumi, mungkin dirinya sedang emosi karena berita yang ia terima tadi. Iapun juga bingung apa yang harus dikatakannya kepada orang tuanya mengenai ketidak lulusan dirinya di SHS NewsGinsa. Ia sangat takut mengecewakan orang tuanya dan ia sangat takut membuat orang tuanya sedih. Tapi, ia mau tak mau ia harus memberitahu kepada orang tuanya tentang itu. Ia pun melangkahkan kakinya dengan berat nenuju rumahnya.
Saat dia depan rumah, ketika ia hendak membuka pagar rumahnya, ia terkejut melihat Clark yang juga saat itu baru sampai rumahnya. Ia sangat terkejut ketika ia melihat wajah Clark yang berwarna merah sambil terisak. “Sepertinya ia menangis. Kenapa ya dia menangis?” iapun melamun memikirkan sebabnya. Ia berfikir apakah Clark menangis karena kata-katanya ditaman tadi? Apakah kata-kata itu begitu kasar? Diapun bingung dan akhirnya ia memberanikan diri untuk menyapa Clark.
“Hai jelek. Kamu kenapa nangis? Apakah karena ucapanku di taman tadi? Atau karena..”
“Diam kamu. Nggk usah ngurusin aku. Apa urusanmu tahu apa yang terjadi ha? Belum puas kamu udah ngehina aku tadi di taman? Belum puas? Kalau belum puas, lanjutin aja, Lanjutin sampai kamu puas. Itukan yang kamu mau? Puas kamu”
“Heh kamu, aku nanya baik-baik kok kamu jadi nyolot sih? Kamu pikir aku mau ngurusin kamu? Nggk ya nggak. Penting banget apa kamu buat aku ha?”
“Kalau gitu diam aja dong kamu. Nggk usah nanya-nanya. Kan katamu tadi bukan urusanmu. Udah diam kamu. Nggak ada gunanya bicara sama cowok brengsek kayak kamu. Nggk ada waktu”
“Heh dasar cewek..”
“Cewek apa ha? Masih mau bilang aku cewek nggk jelas ha?”
Aldespun masuk kedalam rumah nya tanpa menghiraukan Clark yang sedang berbicara dengannya sambil terisak-isak. Ia merasa menyesal mau menyapa Clark. Ia menyesal kalau dia tau ternyata respon dari Clark begitu marah. Akhirnya iapun mencoba melupakan Clark dan pergi menuju kamar tidurnya untuk mandi kemudian ia tidur.
*****
Semenjak pertemuan mereka terakhir saat itu dan ditutup dengan pertengkaran, mereka tidak pernah bertemu lagi. Clark yang sangat shock dengan kenyataan yang menyatakan bahwa ia tidak di terima disekolah yang diinginkannya, ia tidak pernah keluar dari rumahnya. Ia hanya berdiam di rumah. Hari-harinya hanya diisinya dengan hayalan tak nyata yang tidak mungkin menjadi nyata. Orang tua Clarkpun mulai bingung melihat anaknya menjadi seperti itu. Selain itu orangtuanya juga tidak tahu harus berbut apa kepada anaknya.
*****
Dua minggu telah berlalu. Kini saatnya seluruh siswa kembali bersekolah setelah sekian lama tidak menimba ilmu. Semua pakaian, tas, sepatu, serta pernak-pernik peralatan sekolah serba baru. Semua siswa tampak ceria. Terlihat banyak siswa yang baru masuk ke jenjang yang lebih tinggi mulai dari JHS sampai Universitypun sibuk menjalani hari pertama masuk sekolah. Tak terkecuali Clark dan Aldes. Mereka juga akan merasakan masa-masa masuk ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu SHS.
*****
Hari pertama bersekolah, Aldes terlihat bersemangat. Walaupun ia tidak bersekolah di sekolah yang menjadi favoritnya. Aldes berangkat sangat pagi karena ia takut terlambat sampai ke sekolah. Ia tidak mau terlambat dihari pertamanya. Ia bangun lebih awal daripada biasanya.
“Ma.. mama.. Hari inikan hari pertama aku bersekolah. Aku mau berangkat lebih awal ma daripada biasanya. Aku nggk mau kalau aku harus terlambat dihari pertama aku bersekolah.”
“Iya mama tau. Maklum kamukan baru masuk ke tingkat yang baru. Hehe.. Mama dulu juga gitu kok. Sama aja sama kamu.. hehe.. Katanya nggk mau telat. Sarapan dulu sana, ntar kamu kelelahan lagi. Hari pertama sekolah itu melelahkan lho. Untung aja kamu sekolah di sini, kalau kamu kayak mama sekolah di Indonesia, di awal masuk sekolah kamu harus menjalani MOS lho des.”
“Iya-iya,, Terserah deh ma.. Yang penting aku mau berangkat lebih awal” Aldespun sarapan, kemudian setelah sarapan iapun berpamitan kepada orang tuanya kemudian berangkat munuju ke sekolah barunya. Iapun dengan ceria melangkahkan kakinya menuju pintu rumahnya kemudian menuju pagar rumahnya yang masih terkunci. Aldespun memanggilkan mamanya agar mengantarkan kunci karena menurutnya kembali kedalam rumahnya hanya untuk mengambil kunci hanya membuang-buang waktu saja. Lagipula, jika ia mengambil ke dalam rumahnya, ia pasti akan bingung dimana ayahnya menyimpan kunci pagar.
Saat ia ingin membuka pintu pagar, tiba-tiba juga terdengar suara pintu pagar dibuka. Iapun dengan sekejap menoleh kearah sumber suara kemudian ia mendapati Clarklah yang membuat suara itu. Aldes yang merasa sedang gembirapun menyapa Clark dengan riang.
“Hai Clark.. Selamat pagi.. Tumben banget kamu jam segini udah mau berangkat. Eeh tapi kok kamu manyun gitu sih? Jelek banget. Hari pertama sekolah ni. Seharusnya kamu seneng dong hari pertama sekolah di sekolah favoritmu.. hehe”
“Kamu kok cerewet banget sih, banyak tanya. Suka-suka aku mau senyum-senyum kek, mau manyun, mau apapun suka-suka dong. Senang? Awalnya udah senang tapi karena… karena ngeliat kamu jadi nggak senang lagi, ngerti!!” jawab Clark dengan kesal. ’sekolah favoritku? Oh no, aku nggak sekolah di sana tetangga menyebalkan, aku nggak lulus, aduh ngapain sih pagi-pagi udah denger bahasan masalah tu sekolah!’ ujarnya dalam hati sambil berharap kalimat itu nggk keluar dari mulutnya. Iapun pergi menaiki motornya dan menyusuri jalanan menuju SHS Pennysylvania. SHS Pennysylvania merupakan sekolah Clark sekarang. Di sekolah itulah ia harus bisa melupakan sekolah impiannya yang kini menjadi kenangan bagi Clark.
*****
Sesampai disekolah, Clark segera mencari ruangan sementaranya dan mencoba untuk bersosialisasi alias mencari teman. Clark memang mudah untuk bersosialisasi. Walaupun ia sedang kesal, namun tetap saja ia bisa menutupi perasaan itu saat bersosialisasi. Alhasil dari keahliannya dalam bersosialisasi, ia bisa dengan cepat mendapatkan teman baru, bahkan lebih dari satu. Ketika Clark sedang asik berbincang-bincang dengan teman barunya, tiba-tiba bel berbunyi. Dengan sekejap semua siswa barupun berkumpul dilapangan. Semua siswapun memperhatikan kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan sekaligus meresmikan siswa baru. “Selamat datang kami ucapkan kepada seluruh siswa baru SHS Pennysylvania, karena disini kalian akan mengetahui bagaimana keseharian di SHS ini, dan disinilah kalian akan mendapatkan pengalaman unik dari SHS Pennysylvania. Semoga kita semua mendapatkan pengalamn unik di sekolah ini. Dengan ini, siswa baru saya resmikan menjadi siswa SHS Pennysylvania ” tepuk tangan yang riuhpun mengiringi langkah kepala sekolah yang sedang menuruni tangga setelah kata-kata peresmian itu dikatakan. Setelah itu seluruh siswa kembali ke rungan sementaranya masing-masing.
*****
Seminggu telah berlalu kegiatan belajar-mengajar yang diikuti oleh para siswa baru. Hari ini seluruh siswa dibagikan ruang permanen selama satu tahun oleh panitia. Clarkpun tak sabar menunggu dimana dirinya akan masuk. Ia berharap ia masuk ke dalam ruangan X IPA 2. Satu per satu siswa mulai memasuki rungannya masing-masing. ‘pembagian apa ini? Lama sekali’ ujarnya dalam hati. Ketika namanya dipanggil ia sangat gembira, karena ia masuk kedalam rungan X IPA 2. Iapun segera masuk kedalam rungannya. Sembari berjalan menuju ruangannya, ia tetap mendengarkan nama-nama siswa yang disebutkannya. Betapa terkejutnya Clark mendengar nama Aldes. Ia langsung mencari apakah Aldes yang dimaksud adalah Aldes tetangganya ataukah orang lain. Iapun berharap Aldes itu bukan Aldes tetangganya. Tenyata Aldes yang disebutkan adalah Aldes tetangganya. “Celaka” gumamnya pelan.
*****
Saat pengumuman nama-nama kelas, Aldes tidak terlalu memperhatikan karena ia sedang berbicara dengan temannya, sehingga ia tidak mengetahui siapa saja yang akan menjadi teman satu ruangannya. Ketika namanya dipanggil barulah ia sadar bahwa dirinya masuk ke dalam ruangan X IPA 2. Iapun dengan yakin masuk menuju ruangannya. Ketika ia sampai di dalam kelasnya iapun langsung duduk di sebelah perempuan yang saat itu kursinya sedang kosong. Saat ia hendak menyalam perempuan di sebelahnya, iapun terkejut ternyata yang disalaminya ialah Clark. “Ngapain kamu disini? Kamu ngikutin aku ya?”
“Eh enak aja. Suka-suka aku dong ngapain mau ke sini. Ngikutin kamu sori aja”
“Stttttt… diam. Ini kelas baru dan sekolah baru. Mau cari malu ya? Heheh” ejek Aldes, namun Clark diam saja tidak menghiraukan.
Clark dan Aldes sangat tidak menyangka bahwa mereka akan berada disatu sekolah lagi. Coba bayangkan, Aldes dan Clark apabila bertemu seperti kucing dan anjing. Mereka akan selalu bertengkar dimanapun mereka berada. Dan bayangkan apabila kucing dan anjing disatukan dalam satu tempat apa yang akan terjadi? Keributanlah yang akan terjadi. Dan yang tak disangka, mereka juga menjadi satu kelas selama satu tahun kedepan. Mimpi buruk apa yang Clark mimpikan malam tadi sehingga ia harus bertemu kembali dengan Aldes. Malahan ia harus bertemu dengan Aldes selama sehari penuh.
*****
Seperti biasa, tiada hari bagi mereka untuk tidak bertengkar. Hanya saat-saat tertentu mereka bisa berdamai, itupun karena mereka takut dimarahi oleh teman satu rungan mereka serta guru mereka. Walaupun mereka tidak pernah damai, namun mereka tetap saja duduk bersama dan kemana-manapun selalu bersama. Mereka bagaikan kucing dan anjing yang bisa bersatu. Yang bisa bersama walaupun mereka pada takdirnya selalu bertengkar.
Hari demi hari, munggu demi minggu, bulan demi bulan telah mereka lewati. Mereka selalu bersama hingga mereka saat ini telah duduk di bangku kelas XII. Selama ini mereka selalu mendapatkan juara dan selalu masuk di dalam rungan yang sama. Selain itu mereka juga meraih berbagai prestasi baik dalam akademik maupun non akademik, mereka juga selalu berada dalam satu kelompok. Namun, walaupun mereka terlihat kompak dan selalu bersama-sama, mereka tetap saja selalu bertengkar. Sungguh kenyataan yang aneh.
Kebersamaan mereka membuat suatu perasaan timbul di antara mereka. Aldes merasa bahwa ia mulai menyukai Clark, begitu pula dengan Clark. Mereka selalu menyembunyikan rasa mereka karena mereka pernah berjanji.
“Aku Aldes dan Clark berjanji tidak akan berpacaran hingga kami tamat dari SHS walau apapun yang terjadi” teriak Aldes ketika mereka sedang jalan-jalan di taman.
“Apa-apaan sih des, kamu aja dong yang janji. Aku nggak. Wek” kata Clark sambil menjulurkan lidahnya.
“Nggk bisa dong namamu udah aku cantumin di janji itu, mau tak mau kamu harus terima.” Ujar Aldes
“iiih Aldes, kamu selalu nyebelin..” sambil memukul lengan Aldes.
“Nggk papa dong.” ujar Aldes sambil mengusap kepala Clark.
Semenjak saat itu, Aldes dan Clark benar-benar menjalankan janji mereka walaupun janji itu di ucapkan sewaktu mereka masih duduk di bangku kelas X. Penantian itu tidak lama lagi akan berakhir, karena tak lama lagi mereka akan melaksanakan ujian akhir sekolah kemudian mereka akan menlanjutkan sekolah ke universitas. Saat ini mereka telah diterima di universitas impian mereka. Mereka mendapatkan beasiswa. Clark di terima di Universitas Oxport sedangkan Aldes diterima di Universitas Universe. Walalupun mereka telah diterima dan mendapatkan beasiswa, tapi mereka tetap belum puas. Mereka semakin sering belajar bersama demi mendapatkan hasil ujian yang memuaskan.
*****
Ujianpun telah selesai dua minggu yang lalu. Hari ini tanggal 27 April 2012 mereka akan mendapatkan hasil belajar mereka selama tiga tahun ini. Mereka sangat tidak sabar menunggu hasil yang akan menjadi masa depan mereka dikemudian hari. Alhasil, karena kegigihan mereka mempersiapkan diri menjalani ujian, mereka berdua dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan dan mendapatkan penghargaan sebagai siswa dengan hasil ujian yang tertinggi di sekolah mereka. Kini, impian mereka telah berada di depan mata mereka. Satu hal yang lebih membuat mereka bahagia adalah, mereka terlepas dari janji mereka yang diucapkan oleh Aldes tiga tahun yang lalu.
****
Tiga minggu telah berlalu sejak pengumuman hasil ujian akhir di SHS Pennysylvania. Clark dan Aldes tak pernah bersama-sama lagi. Mereka hanya sesekali bertemu, Itupun hanya kebetulan ketika mereka bertemu didepan rumah mereka. Kini, mereka sedang sibuk mengurus keberangkatan mereka menuju ke Negara dimana mereka akan melanjutkan pendidikan di Universitas yang mereka inginkan.
“Clark”
“Ya, ada apa Aldes? Tumben kamu menelponku”
“Apakah kamu sedang sibuk?
“Tidak”
“Bisakah kita bertemu sebentar, ada yang ingin aku bicarakan”
“Ya, dimana? Kapan?
“Di taman Groovy, di dekat pohon Trembesia. Kau tahu pohon Trembesia bukan?”
“Ya tentu saja aku tahu.”
“Baguslah kalau begitu, aku tunggu kau 20 menit dari sekarang”
“Hei…” teriak clark “Aarrggghh seenaknya saja memetikan telepon,” ujarnya geram.
Clarkpun bersiap-siap dengan cepat. Tak sampai 10 menit ia sudah siap berangkat menuju ke taman Groovy. Namun ia masih bingung mengapa Aldes menyuruhya untuk menemuinya di taman.
Lima belas menit setelah ia berangkat dari rumahnya, Clarkpun sampai di taman Groovy. Iapun segera menuju ke pohon yang Trembesia yang dikatakan oleh Aldes tadi, namun ia tak menemukan Aldes di sana. Iapun bingung, ia menunggu Aldes datang. Tiga puluh menit berlalu, namun Aldes tak kunjung datang, Clarkpun tetap menunggu. Satu jam kemudian, Aldes tetap tak kunjung datang. Clark mulai khawatir. Clarkpun memutuskan untuk mencoba menelpon Aldes. Berkali-kali ia menelpon namun tak ada jawaban. Hanya terdengar nada tunggu di ujung sana. Iapun mulai lelah menunggu dan ia memutuskan untuk pulang kerumah. Sepanjang jalan menuju rumahnya, ia hanya bergumam kesal karena Aldes. Ia kesal karena menurutnya Aldes hanya mempermainkannya. Iapun dengan cepat mengendarai motornya menuju rumahnya.
Sesampainya di depan rumahnya, ia melihat ke arah rumah Aldes yang begitu sepi, namun ia tak menghiraukannya. Iapun dengan cepat masuk kedalam rumahnya. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati rumahnya yang begitu sepi. Tak ada seorangpun dirumahnya. “mama, papa.. maa.. paaaa… eiiih kok sepi banget nggk ada yang ngejawab. Apa pada nggk ada di rumah ya?” tiba-tiba handpone Clark berbunyi. Iapun menjawab dengan segera tanpa melihat siapa yang menghubunginya. “Ya? Oh papa.. Papa lagi sama mama? Dimana? Dirumah sakit? Mama sakit? Ha’? Aldes kecelakaan? Di ruang ICU?” Clark yang mendengar berita itupun merasa dirinya lemas tak berdaya sehingga tanpa disengaja ia telah melepaskan hendphonenya dari genggamannya. Iapun terduduk lemas di lantai. Ia menangis tersedu-sedu. Tak berapa lama ia tersadar bahwa ia harus menemui Aldes di rumah sakit walaupun sesungguhnya ia tak kuat. Iapun memutuskan untuk menghubungi taxi agar mengantarkannya ke rumah saikit dengan cepat.
Sesampainya dirumah sakit, iapun langsung menuju ruangan Aldes. Pikirannya kacau, iapun berlari secepat mungkin menuju ruang ICU, namun ia merasa bahwa dirinya tak kunjung sampai. Ia merasa bahwa ia hanya bolak-balik di koridor rumah sakit. Tak lama kemudian iapun sampai di depan ruang ICU dan mendapati orangtuanya dan orang tu Aldes sedang menunggu cemas di depan rungan itu. Iapun mulai memperlambat langkahnya. Tubuhnya begitu lemas, ia merasa ia sudah tidak sanggup menopang tubuhnya. Ibu Clark yang mengetahui kedatangan Clark langsung berjalan menuju Clark. Ibunya melihat wajah Clark yang pucat, ibunya hanya diam dan berusaha menopang tubuh Clark. Clark masih menangis dan diam. Clark dibantu oleh ibunya untuk duduk di salahsatu tempat duduk yang ada di sana, tepatnya diantara tempat duduk Ibunya Aldes dan Ibunya tadi sebelum menghampiri Clark.
Keheninganpun sempat terjadi selama beberapa menit. Keheningan terpecahkan ketika Clark tiba-tiba bertanya kepada Ibunya dan Ibunya Aldes.
“Ma, gimana kabarnya Aldes? Apa yang terjadi padanya? Dia tidak kenapa-napakan? Dia baik-baik sajakan? Dia..” tanya Clark bertubi-tubi kepada Ibunya dengan suara terisak-isak.
“Sttt.. Tenangkan dulu dirimu sayang, kita semua tidak tahu bagaimana keadaan Aldes sekarang. Kita masih menunggu hasil pemeriksaan dari dokter. Dokter sedang memeriksanya di dalam. Doakan saja dia baik-baik saja.”
Tiba-tiba dokter keluar. Semua orang yang menunggu di depan ruangan tersentak kaget dan langsung menghampiri dokter. Dokter meminta perwakilan dari keluarga Aldes untuk ikut dengannya ke ruangan dokter. Clarkpun memutuskan untuk tetap menunggu di depan ruangan Aldes. Akhirnya kedua orang tuanya dan kedua orang tu Aldes memutuskan untuk ikut keruangan dokter. Kini hanya Clark sendiri yang sedang menunggu di depan rungan Aldes. Iapun menangis tersedu sedu dan teringat semua kebersamaanya bersama Aldes dahulu.
“Aku Aldes dan Clark berjanji tidak akan berpacaran hingga kami tamat dari SHS walau apapun yang terjadi” teriak Aldes.
“Apa-apaan sih Des, kamu aja dong yang janji. Aku nggk. Wek” kata Clark. “Nggak bisa dong namamu udah aku cantumin di janji itu, mau tak mau kamu harus terima.” Ujar Aldes. “Iiih Aldes, kamu selalu nyebelin..” sambil memukul lengan Aldes“ Nggk papa dong.” ujar Aldes sambil mengusap kepala Clark.
Clarkpun semakin menangis teringat saat itu, suara isakannya semakin kencang dan air matanya tak terbendung lagi. Air matanya semakin deras mengalir dipipinya yang memerah. Ia duduk seperti orang yang depresi dan tak menghiraukan apa-apa. Ia tertunduk menghadap kelantai rumah sakit berwarna putih bersih. Tiba-tiba ia terkejut ketika ia mendengar suara pintu di buka. Iapun terperanjat berdiri dan mendapati seorang asisten dokter menutup pintu. Iapun dengam segera bertanya kepada perawat itu.
“Suster, bolehkah saya masuk, saya ingin melihat pasien yang bernama Aldes di dalam. Saya ingin melihatnya suster” pintanya kepada suster sambil terisak-isak.
“Silahkan masuk, namun jangan terlalu berisik. Pasien butuh istirahat yang cukup”
“Baiklah suster. Terima kasih” iapun masuk kedalam ruangan ICU tanpa menghiraukan suster tadi. Ini adalah pertama kalinya ia memasuki ruang ICU. Ia sangat gugup ketika ia akan masuk ke dalam rungan itu. Setelah berada di dalam, iapun sangat terkejut ketika melihat Aldes terbaring lemah menggunakan alat-alat ruang ICU yang bagaikan monster-monster yang menggambarkan keadaan Aldes. Clarkpun kembali menangis terisak. Isakannya semakin kuat. Dengan langkah ragu dan lemas, ia memberanikan diri untuk menghampiri Aldes. Ia sungguh takut untuk mendekati Ades, Ia takut bila ia mendekati Aldes, akan terjadi apa-apa dengan Aldes. Namun, demi Aldes ia memberanikan diri mendekati Aldes.
“Aldes, Aldes, kamu kenapa? Aku datang kesini untuk menemuimu, kamu kenapa? Cerita ya sama aku. jangan diam-diam begini, katanya ada yang mau kamu bilang ama aku? aku penasaran lho Des, suer.” Ujar Clark lirih sambil menghapus airmatanya yang terjatuh. “Kamu tau nggak, aku tadi bingung lho kenapa kamu tiba-tiba nelpon aku. Mana aku tadi belum mandi dan kamu tadi cuma ngasih aku waktu 20 menit untuk sampai di sana. Hm tadi aku mandi dulu kok, aku malu kalau aku ketemu kamu tapi aku nggk mandi heheh” kata Clark tertawa renyah dan sendiri. Iapun dengan berani menggenggam tangan Aldes yang sejak tadi terbujur lemas.
“Aldes, bangun dong, aku mau tau apa yang ingin kamu bilang ama aku. Ayo bangun dong, cepat sehat ntar kita jalan-jalan kayak dulu, waktu kita masih SHS. Terus kita jalan-jalan keliling kota Paris pakek motor, terus kita makan dipinggir jalan, kita kejar-kejaran di taman dan yang paling aku ingat kita selalu berdebat padahal objeknya nggk penting. Ntar kita ulang itu semua. Aku kangen masa-masa itu. kita nggk pernah ngulangnya lagi sejak kita lulus dari SHS Pennysylvania. Kita selalu sibuk ngurusin keberangkatan kita ke universitas nanti, sehingga nggk ada waktu untuk kita jalan sama-sama lagi. Aldes bangun ya.. aku tungguin kamu sampai kamu bangun. Tapi kamu bangun ya, aku pengen liat senyummu, ketawamu, wajahmu kalau kamu lagi marah dan wajahmu kalau kamu lagi ngambek. Lucu banget aku kangen itu semua, aku ingin ngeliatnya lagi.
Tiba-tiba tangan Aldes bergerak dan membalas genggaman Clark. Clarkpun terkejut dan ia langsung mentap wajah Aldes. Ia melihat Aldes sedang bersaha membuka matanya. Clark yang terkejutpun dengan segera menghapus air matanya agar tak terlihat oleh Aldes bahwa ia menangis. “Aldes, kamu sudah siuman, tunggu sebentar ya, aku panggil yang lain dulu” iapun hendak keluar namun, tangannya yang sejak tadi menggenggam Aldes tertahan karena genggaman Aldes yang begitu kuat.
“Nggk usah, nanti aja kamu manggil mereka. Kamu mau ninggalin aku disini sendirian? Kamu tega?” ujar Aldes sambil tersenyum dan mendapati air mata Clark yang mengalir di pipi Clark. Iapun menghapus air mata itu. “Kamu kenapa? Kok nangis. Kamu jangan nagis ya! Kalau kamu nangis, aku jadi ikut sedih. Kamu mau aku tambah sakit?” ujar Aldes lirih.
“….” Clark hanya diam dan menggeleng menjawab pertanyaan Aldes sambil menangis.
“Kalau begitu, jangan nangis ya.. Kamu jelek banget sih kalau lagi nangis gini.. hehe. Tadi kamu jadi ya datang ke pohon Trembesia? Maaf aku nggk jadi datang. Pasti tadi kamu nunggu lama. Maafin ku ya buat kamu nunggu. Sebenarnya aku cuma mau bilang, Satu hal kok. Aku Cuma mau bilang,, kalau aku sayang sama kamu.” Ujar Aldes dan mengakibatkan keheningan. “Kamu nggk perlu jawab, aku udah tau jawaban kamu, kamu juga sayangkan ama aku?”ujar Aldes. Clarkpun hanya mengangguk. “Aku boleh minta satu hal nggk sama kamu? Aku mau kamu peluk aku untuk pertama dan terakhirnya” Clarkpun bingung dengan kalimat Aldes tadi.
Iapun berfikir sejenak dan langsung memeluk Aldes. Dalam pelukan Clark, Aldes berbisik “Kamu jangan nagis lagi ya.. Kamu jangan nakal.. Aku sayang sama kamu.. Sampaikan sama semuanya kalau aku minta maaf atas semua kesalahan aku selama ini. Aku minta maaf aku, aku udah ngecewai semuanya selama ini dan jangan lupain aku ya.. aku sayang kalian semua.. jangan lupain aku.. aku.. cinta… kamu.. Clark..” Aldespun menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Clark setelah ia mengatakan apa yang dirasakannya terhadap Clark. Air mata Aldespun terjatuh di bahu Clark dan kemudian ia tak berkata apa-apa lagi.
Clark yang merasakan nafas Aldes yang berhentipun tak bisa menahan kesedihannya. Iapun mulai menangis terisak-isak dan tak sanggup untuk berkata-kata. Iapun hanya bisa terdiam dan terpaku tanpa berkata apa-apa. Yang ia rasakan hanyalah kehancuran di tinggal oleh orang yang sangat ia sayangi. Ia tak sanggup untuk melepaskan pelukan terkhir kalinya dari orang yang ia sayangi.
“Aldes, bawa rasa ini ke surga. Hanya itu yag kupinta” bisik Clark di telinga Aldes. Suasanapun menjadi sunyi, hanya suara tangis Clarklah yang terdengar. Iapun merasa lemas , untungnya orang tua Clark dan Aldes datang dan melepaskan tubuh Aldes dari Clark. Ternyata orang tuanya dan orang tua Aldes telah berdiri di sana sejak Aldes siuman. Clark yang tak sanggup menopang dirinya lagi, akhirnya terjatuh pingsan.
*****
Ketika ia terbangun, ia mendapati dirinya yang telah berada di dalam kamarnya. Kepalanya yang terasa berat membuatnya teringat terhadap kejadian sebelum dirinya jatuh pingsan. Clarkpun mulai masuk kedalam lamunanya. Tanpa ia sadari airmatanya mengalir deras di pipinya dan terjatuh di atas kasurnya. Lamunannya buyar ketika ia mendengar suara pintu terbuka. Ia dengan segera menghapus bekas air mata yang mengalir dipipinya. Ia mendapati Ibunya sedang memperhatikannya dengan seksama sambil tersenyum samar. “Clark, kamu sudah bangun,, Ini, minum dulu susunya dan makan roti yang mama bawakan. Jangan sedih lagi ya,” ujar Ibunya sambil meletakkan susu dan roti di atas meja kcil yang ada di samping tempat tidurnya.
Clark hanya mengangguk tak menjawab. Iapun menatap keluar jendela. Ia mendapati air dari awan abu-abu turun dengan deras, seperti sedang berlomba untuk menuntaskan semua kesedihan di dalam hati Clark. “Sepertinya hujanpun ikut menangis atas kepergianmu” ujar Clark Lirih.
*****
penulis : Ainun Mardiah Siregar
sekolah : SMA Titian Teras Jambi-Sumatera.
email : ainun_m@rocketmail.com
facebook : ainun_mardiah@rocketmail.com
Twitter : @Inun_AMS
mohon maaf jika ada kesalahan.. :)