Jan 15, 2011

Cerpen Rahasia Cinta

Cerpen rahasia cinta ini merupakan cerpen ke tiga dari Rika Itho Manalu. Dua cerpen sebelumnya bisa dilihat dalam Cerpen Cinta Terlarang dan Cerpen remaja berjudul "Jelek, Ga Masalah". Sekarang kita nikmati Cerpen Rahasia cinta yang satu ini. Hmmmh, ada rahasia apa yah...?

Rahasia Cinta Kiki
under: Cerpen Cinta, Cerpen Sedih, Cerpen Romantis

Bangun….! Bangun…! Di sebuah kamar yang berukuran cukup besar, berwarna hijau muda dan dikelilingi oleh boneka mickey mouse yang lucu. Kamar itu tampak gelap karena tirai-tirai jendela yang belum dibuka. Tetapi, seberkas sinar pagi yang menembus tirai membuat kamar terlihat samar-samar . Di sudut kiri ruangan terdapat sebuah meja rias dengan vas bunga yang cukup besar berdiri disampingnya. Dan, diranjang tidur terlihat sesosok perempuan yang masih terlelap oleh bunga-bunga tidurnya. Dia masih menutupi tubuhnya dengan selimut yang tebal.

“Non Kiki! Bangun! Sudah siang, Non. Non, kan mau sekolah. Ayo, bangun!” Teriak Bibi Iyem sambil sedikit menggedor-gedor pintu kamar Kiki.

“Iya,Bi! Kiki bangun,” tutur Kiki sambil beranjak dari tempat tidurnya.

Ya,Kiki. Itulah seorang anak perempuan yang masih malas untuk beranjak dari tempat tidurnya. Kiki adalah seorang gadis yang cukup cantik. Dia juga terkenal dengan sifatnya yang ramah dan penyayang. Terlebih, dia anak yang cerdas, yang terlihat dari prestasinya di sekolah.

Dengan sedikit agak malas, Kiki pun bangun. Dia melirik jam yang berada tepat ditengah, diantara kedua foto – fotonya. Jam yang berwarna merah muda itu menunjukkan pukul 06.30. Kiki pun terkejut. Dia langsung bergegas dengan penuh semangat ’45, pergi menuju kamar mandinya. Kiki pun bangun dan membersihkan dirinya. Tak lama kemudian,dia telah siap untuk pergi menuntut ilmu. Dia segera beranjak meninggalkan kamar tidurnya, menuruni tangga, dan menuju halaman rumahnya. Tak lupa, dia berpamitan kepada ayahanda tercintanya. Setelah itu, dia langsung menuju mobilnya. Mobil Avanza berwarna silver. Mobil itu pun langsung melaju dengan cepat,menuju sekolah Kiki.

***

Di sisi lain, dikawasan Jakarta Utara. Berdiri sebuah bangunan sekolah elit dengan megahnya. SMA Harapan Bangsa.Ya, itulah nama sekolah itu. Dan, tepatnya didalam sekolah itu ada sebuah ruangan yang berada disamping ruangan Lab. Komputer. Ruangan itu adalah ruangan kelas XI IPA 1.Setelah memasuki ruangan itu, tampak jelas hilir-mudik dan hiruk-pikuk para siswa yang sibuk mengerjakan PR. Itulah salah satu kebiasaan yang terlihat di ruangan itu. Kebiasaan itu telah mendarah daging bagi para siswa yang malas untuk mengerjakan PR di rumah. Namun, disudut ruangan yang cukup bersih dan dicat oleh warna putih itu, terlihat dua sosok manusia yang sedang bercanda tawa. Mereka adalah Ginta dan Dika. Mereka tidak sibuk seperti anak yang lainnya. Karena mereka termasuk siswa yang cukup berprestasi.

Ginta dan Dika telah bersahabat sejak mereka sama-sama menjadi anggota baru di Sekolah Harapan Bangsa itu. Tetapi, salah satu sahabat mereka belum tampak batang hidungnya. Dia adalah Kiki. Kiki juga salah satu sahabat mereka. Namun, Kiki telah menjalin persahabatan terlrbih dahulu dengan Dika, sejak kelas 2 SMP. Saat mereka duduk bersama dan belajar bersama. Saat itulah, mereka mulai mengenal satu sama lainnya.

Teng! Teng! Teng!

Bunyi bel terdengar menandakan waktunya masuk kelas. Ginta dan Dika pun semakin cemas karena Kiki belum juga datang. Hanya selang beberapa menit , tampak seorang perempuan dengan rambut dikuncir satu, memakai tas berwarna merah, tengah berlari dengan nafas yang tersengal-sengal maasuk ke dalam kelas. Hati Ginta dan Dika pun lega. Begitu juga dengan Kiki. Beberapa menit kemudian, tampak Pak Soni yang mengajar Matematika pun ruangan kelas. Semua murid terdiam. Semua tak berkutik. Karena Pak Soni terkenal sebagai guru yang tegas, berwibawa, disiplin, dan cenderung kearah kejam. Pak Soni dijuluki Guru Killer.

Pak Soni mengajar seperti biasanya. Semua murid memperhatikan. Dan suasana kelas pun tenang. Kira-kira 45 menit berlangsung, terdengar bel berbunyi yang menandakan waktunya istirahat. Segera terlihat, para murid berlari berhamburan menuju kantin. Sekejap, ruangan kelas kosong. Hanya ada 3 sosok anak yang berbincang-bincang.

“Ki, kenapa sih tadi kamu telat? Biasanya, kamu yang paling on time.” tutur Ginta.

“Iya, Ki ? Aku nih, khawatir sekali sama kamu,” Tanya Dika seperti halnya dengan pertanyaan Ginta.Kiki senang karena Dika mencemaskan dirinya.

“Hey, guys ! Tenang………tenang. Aku nih, nggak kenapa – napa. Lihat , buktinya aku datang duluan kan dari Pak Soni ,” tutur Kiki dengan santai.

“Itu kan hanya keberuntunganmu saja,Ki. Sudah! Apa alasannya dong, Ki?” tutur Ginta dengan nada kesal.

“Ha ..ha ..ha.. .Ginta, Ginta! Jangan marah dong, sahabatku! Gini, kemarin aku pergi ke rumah tanteku. Nah, aku pulang larut malam. Kan ada tugas, tuh!!! Jadi, aku kerja’in PR dulu, baru aku tidur. Makanya aku telat karena bangun kesiangan,” kata Kiki sambil menjelaskan alasannya pada kedua sahabatnya.

“Oh……….gitu. I’m sorry. Tadi aku sedikit kesel sama kamu,”tutur Ginta sambil memeluk Kiki.

“Iya…..iya…. tenang aja, kok. Aku kan orangnya baik. Ohya, kita ke kantin yuk! Soalnya, tadi aku nggak sempet sarapan.Jadi, perut aku udah keroncongan nih!” ajak Kiki.

“ Hmmm…. sorry deh! Aku nggak bisa. Karna aku mau ke perpustakaan. Ada buku yang mau aku cari. Kalian berdua aja yang pergi.” Jawab Ginta menolak ajakan Kiki.

“Ohh….OK deh! Yuk, kita pergi,” tutur Kiki sambil menarik kedua tangan sahabatnya.

Serentak, mereka pun pergi meninggalkan kelas dan berjalan bersama. Tapi, Ginta berbelok arah menuju perpustakaan. Sementara, Dika dan Kiki menuju kantin yang telah dipenuhi oleh anak-anak yang perutnya kelaparaan. Dika dan Kiki pun langsung menemukan tempat yang kosong. Dengan sigap, Dika memesan makanan dan minuman . Tak lama kemudian, Dika menghampiri Kiki dengan membawa 2 mangkok bakso dan 2 gelas es teh manis. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melahap hidangan yang tersedia. Setelah merasa puas, mereka tak langsung pulang ke kelas mereka. Tapi, mereka berbincang – bincang sedikit.Dan, Dika pun memulai pembicaraan tentang isi hatinya.

“Ki, aku mau minta pendapat kamu soal perasaan aku selama ini sama Ginta,” tutur Dika dengan wajah yang serius.

“Kamu, tau kan? Aku suka dengan Ginta sejak lama.Sejak aku mengenalnya. Nah, besok aku mau menyatakan perasaanku ini. Kamu mau nggak bantuin aku?” Tanya Dika.

Kiki pun tersentak. Tubuhnya kaku. Dia diam membisu.Sulit bernafas. Kiki seperti seorang yang kelihangan salah satu yang berharga dari hidupnya. Kiki tau, bahwa Dika menyukai Ginta. Tapi, Ginta dan Dika tidak tau bahwa Kiki menyukai Dika sejak mereka bersahabat. Hal inilah yang selama ini menjadi suatu rahasia besar baginya.Dan, dia selalu terbebani dengan curhatan, dan cerita Dika tentang Ginta. Kiki pun menangis dalam hatinya.

“Hey, Ki! Kenapa??? Sakit???” Tanya Dika.

“ Apa??? Apa??? Oh………nggak kok. Sorry, tadi aku ngebayangin kalau kalian berdua jadian . Kan seru tuh!!!” jawab Kiki dengan gelagpan.

“Ohya, aku mau kok bantuin kamu. Tapi, bantuin apa?” Tanya Kiki.

“Kiki, Kiki! Kamu emang sahabatku paling baik” ucapnya sambil mengelus kepala Kiki.

“Ya,iyalah!Aku kan orangnya setia kawan. Jadi, kalau sahabat aku meminta bantuan, ,aku tolongin dong!!!” ujar Kiki.

“OK deh!! Hmmm … begini rencananya.”

Dika dan Kiki pun segera menyusun rencana untuk hari yang spesial bagi Ginta dan Dika.Tetapi,tidak untuk Kiki, yang baginya hanyalah sebagai hari ,yang mungkin hari paling buruk dalam hidupnya.

***

Keesokan harinya,setelah pulang sekolah. Kiki dan Dika pun menjalankan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Walaupun dengan rasa agak berat, namun Kiki tetap membantu dengan hati yang tegar. Ini semuanya dilakukan untuk kebahagiaan kedua sahabatnya. Sahabat yang dicintainya.

Mata Ginta pun ditutup dengan sehelai kain hitam. Dika dan Kiki membawa Ginta pergi ke sebuah taman . Disana telah dihiasi oleh berbagai bunga – bunga yang indah.Harum semerbak dan warna – warni bunga, menambah indahnya taman yang bagaikan surga dunia. Dibawah pohon yang besar dan rindang. Ginta duduk diatas kursi yang telah dipersiapkan. Lalu, Dika membuka penutup mata Ginta. Ginta terkejut dengan apa yang ada dihadapannya. Hamparan bunga yang indah mengelilinginya serta sebuah danau kecil yang menyejukkan.Gemericik air terdengar dengan jelas. Terlebih, dibawah kakinya,ada seorang pangeran yang sedang berlutut. Ya, pangeran itu adalah Dika. Dika berlutut dengan memegang sebuah boneka teddy bear, boneka kesukaan Ginta dan setangkai bunga mawar merah.

“ Ginta, aku membawamu kesini, karna aku mau menyatakan perasaanku padamu. Aku suka kamu, Ginta. Maukah kamu menjadi pacar aku?” Tanya Dika.

Ginta terhenyak. Dia pun berfikir sejenak. Sebenarnya, dia juga suka dengan Dika. Rasa sukanya timbul sejak mereka saling kenal. Akhirnya, dia memberanikan diri membuat suatu keputusan.

“Dika, sebenarnya aku juga suka dengan kamu. So,aku mau jadi pacar kamu,” jawab Ginta.

Ginta pun memerima bunga dan boneka yang diberikan Dika. Dika pun langsung memeluk tubuh Ginta dengan erat, seakan – akan dia tak mau melepaskan pujaan hatinya. Rasa kegembiraan dan kebahagiaan pun menyelimuti hati mereka berdua. Namun, ada seseorang yang tak ingin ikut dalam kegembiraan itu. Dia adalah Kiki. Kiki hanya dapat berdiri sekuat yang dia bisa,menahan rasa sakitnya melihat kejadian itu. Dia hanya dapat mematung dan memandangi kemesraan kedua sahabatnya. Kiki hanya dapat diam, dan melihatnya dengan hati yang terluka. Ingin sekali rasanya, dia pergi menjauh dari tempat itu dan tak ingin kejadian itu terjadi. Jikalau, dia mempunyai kekuatan untuk memutar waktu, dia akan mengulang kembali masa – masa ini yang hanya menyakitkannya saja. Dan, dia tidak akan berfikir untuk menaruh harapan kepada Dika. Namun, apalah dayanya. Hal itu tak mungkin terjadi. Harapannya telah sirna. Dia hanya bisa memendam perasaannya. Dia harus terlihat tegar. Kiki tidak mau rahasia cintanya terkuak dan membuat jalinan persahabatannya hancur. Bagaikan nila setitik, rusak susu sebelanga.

Kiki pun menghampiri Ginta dan Dika serta mengucpkan selamat atas hubungan mereka. Setelah itu, mereka beranjak meninggalkan tempat itu. Dan menuju sebuah cafe untuk merayakan hari jadian mereka.

***

Pada hari Minggu pagi , tepatnya sekitar pukul 11.00. Kiki mempunyai rencana untuk pergi ke makam ibunya. Dan pada hari itulah, dia merealisasikan niatnya. Dia pun pergi dengan diantar oleh Pak Ujang. Seorang supir yang selalu setia mengantarnya kemanapun ia pergi. Setelah sampai, Kiki pun segera berlari menuju makam ibundanya. Dan , sekarang telah ada sebuah makam dengan batu nisan yang bertuliskan Lismawati. Itulah nama ibundanya. Seorang wanita yang dikaguminya. Ditempat itulah ibundanya beristirahat. Kiki pun tertunduk lesu dan duduk disamping makam. Kiki menangis sejadi – jadinya hingga air matanya terkuras habis. Dia menceritakan kejadian itu kepada Almarhumah ibundanya. Walaupun telah tiada, dia masih merasakan kehadiran ibunya lewat mimpi – mipinya. Merasakan hangatnya dan kasih cinta ibunya. Setelah merasa puas, Kiki pun menyeka air matanya. Dia memberikan karangan bunga serta memanjatkan doa untuk ibunya. Setelah itu, Kiki pun pulang ke rumahnya. Dan, pada malam harinya , Kiki membuat suatu puisi yang berisi pernyataan perasaanya kepada Dika. Puisi itu ditaruh, diselipkan kedalam buku diarynya.

***

Hari – hari pun dilewati Kiki dengan gembira. Bagai orang yang tak punya beban. Kiki berusaha untuk tegar dihadapan kedua sahabatnya. Dan, persahabatan mereka, berjalan seperti biasanya dengan lancar. Hingga beberapa bulan kemudian, kira – kira 7 bulan. Hubungan Ginta dan Dika pun berakhir. Alasannya, karena mereka merasa lebih nyaman untuk menjalin persahabatan saja. Perasaan suka mereka itu, hanya sebatas perasaan kagum kepada satu sama lain sebagai sahabat saja.

Akhirnya, masa kelulusan pun tiba. Semua murid kelas XII baik IPA mupun IPS dinyatakan lulus. Begitu juga dengan Kiki, Ginta , dan Dika. Mereka telah terdaftar sebagai mahasiswa/mahasiswi di universtas pilihahan mereka masing – masing. Dika masuk ke Universitas Atmawijaya. Ginta masuk ke Universitas Bina Dharma. Dan, sedangkan Kiki masuk ke salah satu universitas di Australia, yang tepatnya di Sydney, karena mendapat beasiswa pendidikan.

Dan, akhirnya. Tibalah saatnya , Kiki meninggalkan kota kelahirannya, tanah kelahirannya,dan tanah airnya. Ginta, Dika, beserta ayahnya mengantar Kiki ke Bandara Soekarno Hatta. Haru biru pun memenuhi suasana.

“Ayah, Kiki berangkat dulu ya! Ayah jaga kesehatan, jangan memikirkan pekerjaan kantor melulu.,” tutur Kiki.

“Iya, Ki! Kamu tuh yang harus jaga diri. Harus mandiri. Jaga kesehatan. Kalau ada apa – apa, telfon ayah. Kamu hati – hati, ya! Ayah, sayang kamu ,Ki!” kata ayah sambil menitkkan air mata.

Ayah dan Kiki pun berpelukan dengan eratnya. Lalu, Kiki berjalan menghampiri kedua sahabatnya sambil memegang buku diarynya. Dia pun memeluk masing – masing tubuh Ginta dan Dika sambil mengucapkan salam perpisahan.Saat berpelukan dengan Ginta. Tanpa sengaja, kertas yang berisikan puisi yang dibuatnya, jatuh tepat dibawah kaki Ginta. Ginta begitu pula dengan Kiki, tak menyadarinya.

Akhirnya, pesawat yang akan membawa Kiki pergi ke Negeri Kangguru itu akan berangkat. Dia pun berjalan,perlahan – lahan meninggalkan Ginta, Dika, dan ayahnya. Perasaannya semakin kacau. Dan, Kiki mengusap air matanya yang masih tersisa. Lalu, Kiki melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.

“Dika, Ginta. Om pergi dulu ya! Om, ada meeting di kantor. “ tutur Ayah Kiki. Matanya terlihat sembab.

“Baik,Om. Nggak apa – apa kok. Silahkan, Om!” jawab Dika.

Ayah Kiki pun meninggalkan Ginta dan Dika di bandara.

“Ginta, ayo cepat! Aku punya janji nih!”

“Iya, sabar Dika!” jawab Ginta.

“Oke. Aku tunggu kamu di mobil ya!”

“Iya, Dika,” jawab Ginta menyahut pertanyaan Dika.

Dika pun pergi meninggalkan Ginta. Dia menunggu Ginta di mobilnya. Ginta masih sedih. Dia berdiri sambil menangis meratapi kepergiaan Kiki.Setelah hatinya tenang, Ginta pun pergi beranjak dari tempat ia berdiri.Tapi, Ginta merasakan ada sesuatu berada dikakinya. Ternyata ada secarik kertas. Dia pun memungut kertas itu. Lalu, pergi meninggalkan bandara bersama Dika.

Saat di rumah, dia membuka secarik kertas itu. Dan, ia pun membacanya. Begini isinya:

Puisi ini aku persembahkan untuk Dika, sahabat yang aku cintai. Puisi ini adalah curahan hatiku. Diambil dari lagu Shanty (Untuk Apa).

Untuk Apa
Ada hati yang patah
Dan itu hatiku
Rasanya nyawa ini
Tak ada karnamu

Keinginan hatiku . . . . . . .
Didepan mataku . . . . . . .
Namun, kau belum juga merasa

Kau fikir . . . . . . . .
Aku ada disini
Untuk apa ?
Kau kira . . . . . . . .
Sejauh ini ku datang
Untuk siapa ?
Kau rasa . . . . . . .
Kulakukan semua ini
Untuk siapa ?

Sangat ingin
Ku katakan . . . . . . . .
Ini untukmu . . . . . . . .
Ini untukmu . . . . . . . .
Untukmu . . . . .
Dika


Ginta terperanjat setelah membaca isi puisi itu. Dia pun menangis karena terpukul dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ginta tak menyangka, jika Kiki rela mengorbankan perasaannya. Ginta merasa sangat bersalah, dia telah menyakiti hati Kiki. Seorang sahabat yang disayanginya. Ginta tidak mau menceritakan hal ini kepada Dika. Karena akan menjadi suatu beban bagi semuanya. Dan, pada akhirnya biarlah hal ini menjadi suatu rahasia besar bagi Ginta dan Kiki. Biarlah rasa ini terpendam untuk selamanya!!


Cerpen Rahasia Cinta Ini ditulis oleh:
Rika Itho Manalu
E-mail : Rikaithomanaluxiipasatu@yahoo.com