Feb 25, 2011

Cerpen "JANGAN KATAKAN CINTA ALA VALENTINE DAYS"

Ini merupakan cerpen kedua yang dikirim ole muhammad yusuf. Cerpen pertamanya berjudul "Diantara Dua Pilihan". Kalau dulu auranya sedih, cerpen cinta yang ini layak dimasukkan sebagai cerpen romantis.


JANGAN KATAKAN CINTA ALA VALENTINE DAYS

 “Aaaaahhh…” pekikku setelah mendapati diriku terjatuh dari kasurku.  Rasa sakit ditanganku akibat menahan badan memaksaku terbangun. Haaa..baru jam 2 pagi. Jadi aku baru tertidur sejam yang lalu, dan kini aku kembali terbangun gara-gara mimpi buruk dan membuatku terjatuh. Akupun menggerutu sendiri dan mengumpat tak karuan. Dari semalam aku susah untuk memejamkan mataku. Ini semua pasti gara-gara aku terlalu memikirkan kejadian semalam. Rara.. yah Rara ungkapannya semalam membuatku terus memikirkannya. Aku masih mengingat jelas perbincangan kami semalam disebuah café & resto itu..

“Rara, aku tahu kamu masih begitu sulit untuk melupakan mantan kekasihmu itu, tapi tidakkah kamu sedikit ingin membuka pintu hatimu, agar aku bisa membuktikan rasa yang seharusnya kamu rasakan!” Aku  mencoba meraih tangan mungilnya yang segera di tepisnya.

“Rendy, Please jangan buat  aku  mengingatnya lagi! Itu hanya akan membuat peluang aku membuka pintu hatiku untukmu jadi berkurang!!”  Terlihat raut wajah Rara tampak tak suka dengan ucapanku barusan.

“Maaf.. maaf  Ra, bukan maksud aku seperti itu, aku sedang terbawa perasaan. Aku hanya ingin jujur tentang rasa yang aku pendam sejak 1 tahun yang lalu padamu!” Kataku lirih namun tak sekejappun aku palingkan wajahku dari wajahnya. 

“Iya Rendy, aku tahu rasa itu. Sikap yang kamu tunjukkan padaku pun bukannya ku tak tahu.!”  Aku semakin tajam menatap kedua matanya, mencari dan mencari sambil berharap akankah ada sedikit rasa yang tersisa untuk namaku di dalam lubuk  hatinya.  Sejenak hening. Suasana café malam itu sedikit ramai dari biasanya. Lampu dinding yang dihias cantik di seluruh sudut sudut  café begitu mempesona, membuat  suasana di dalam café itu mendadak menjadi tempat yang romantis bagi mereka-mereka yang sedang  merajut cinta. Yaah besok tgl 14 februari Valentine days. Hari spesial katanya, yah kata mereka tapi tidak bagiku. 

“Lalu..apakah aku salah jika malam ini aku ingin mengucapkan kata Cin…” Aku belum sempat melanjutkan ucapanku yang segera dipotong Rara.

“Stop Rendy…jangan jangan katakan sekarang!” 

“Lalu kapan? Apakah setelah rasaku sampai pada titik jenuh? Atau rasamu yang kau berikan bukan untukku? “  Nada bicaraku sedikit meninggi

“Rendy  jaga sikap dan bicaramu, apakah rasamu padaku akan sampai pada titik jenuh? Hanya sebatas itu  rasamu?”  Aku merasa malu dan merasa bersalah atas ucapanku barusan, akupun terdiam.

“Rendy  besok adalah Valentine days!  apakah kamu pernah menyatakan perasaanmu pada seorang wanita di hari Valentine ?”  Aku hanya menggeleng dan tak mengerti apa arah pembicaraan Rara. Rara bangkit dari kursinya, dan segera berlalu tanpa menghiraukanku. Aku hanya termangu dan membiarkannya berlalu dari hadapanku. Yaaah kejadian inilah yang membuatku sulit tidur malam ini. Tanganku masih terasa sakit. Kunyalakan laptopku. Seperti biasa update status di facebook.  AKU MENCINTAIMU DAN INGIN TERUS MENYAYANGIMU BUKAN HANYA SEBATAS  VALENTINE DAYS. Yah seperti itulah status terbaruku, lalu aku berusaha kembali untuk memejamkan mataku. 

                Dalam lelapnya tidurku aku merasakan ada tangan mungil yang sedang menggoyang tubuhku.  Aku tahu itu pasti Arjun ponakanku. Kubuka mataku dan memberikan senyuman padanya. Arjunpun segera beranjak naik ke tempat tidurku, tingkah lakunya membuatku geli. Kulihat jam tanganku yang belum sempat kucopot semalam. Wooh ternyata sudah sudah jam 10 pagi. Aku mengelus-mengelus rambut Arjun aku tahu pasti ada sesuatu yang akan dikatakannya padaku seperti biasa dia bercerita.

“Om.., Om  aku benci Valentine!” Katanya dalam bahasa anak-anak yang masih kurang jelas. Aku terperanjat kaget dengan kalimat yang baru keluar dari mulutnya. Apa-apaan ini, sebegitu hebatnyakah Valentine itu hingga anak sekecil ini pun tahu.

“Haaaaaa…kok kamu  tahu Valentine?” tanyaku keheranan.

“Yaaah Om aku tahu donk, soalnya dia temenku. Aku benci benci  ma Valen soalnya dia suka ngerebut mainan aku di sekolah..!” Jawabnya polos. Akupun tertawa dibuatnya. Ternyata Valentine yang dia maksud itu adalah nama temannya. Dan akupun tidak dapat menahan kegelianku, Arjunpun tertawa terbahak-bahak meski aku tahu dia tak mengerti mengapa aku tertawa.

                Siang itu sikapku terlihat aneh oleh seisi rumahku. Entah berapa lama aku berdiam diri, duduk, bolak balik berjalan kesana sini diteras rumahku.  Aku terus memikirkan sikap dan kata-kata yang terucap dari bibir Rara semalam. Apa maksud dari perkataan dia, apakah kamu pernah menyatakan perasaanmu pada seorang wanita di hari Valentine ?. Aku terus memutar otakku mencari jawaban yang memenuhi kepalaku. Lalu….Yesssssss pekikku hampir teriak dan membuat orang yang sedang  berlalu di depan rumahku memandang  aneh padaku. Yah aku sudah mengerti maksudnya, pasti dia ingin aku menyatakan cinta padanya hari ini, yah tepat di hari Valentine ini. Akupun berpikir keras apakah aku harus melakukan hal ini. Sementara jauh dalam lubuk hati kecilku terjadi pertentangan bathin. Aku tidak suka tentang valentine days. Sejak dulu hingga kini, aku tidak pernah suka. Tapi apakah aku harus mengorbankan prinsip yang telah aku pegang teguh hingga kini, dan kutukar dengan rasa cinta yang menggebu-gebu pada gadis yang bernama Rara itu. Haruskah??? Pertanyaan ini menguasai  diriku dan belum mampu kujawab setidaknya saat ini. Waktu terus berlalu. Detik demi detik berlalu begitu cepat. Setelah sholat maghrib akupun bersiap-siap untuk mendatangi Rara dirumahnya. Setelah semua kesiapan mental yang kuhadirkan pada diriku akupun melajukan motor bututku menuju rumah Rara, tak lupa pula aku mampir untuk membeli bunga mawar. Supaya lebih romantis pikirku.

                Rara menatap tajam padaku ketika melihatku telah berdiri di depan pintu rumahnya. Aku memang sengaja tak memberi tahunya  kalau aku akan datang. Rara tampak begitu cantik malam ini. Tapi dia sama sekali tidak berdandan layaknya anak muda yang akan pergi kesuatu tempat merayakan Valentine days. Aku berusaha menguasai diriku dan mencoba tenang. Aku berusaha tersenyum dan senyum yang menurutku paling manis yang aku berikan padanya malam ini. Rarapun tersenyum. Senyuman yang begitu indah yang tak pernah aku temukan sebelumnya. Hatiku sedikit lega. Rara mengajakku untuk duduk di teras rumahnya. Aku kemudian mengeluarkan bunga Angrek dari kantong plastik hitam, yang sedari tadi kutenteng. Yaaahh aku hanya bisa tersipu, ketika Rara memandangiku dengan sedikit aneh. Namun aku tidak malu, bagiku ini adalah cara seorang pria yang berbeda dari pria manapun yang pernah dikenalnya.

“ Rara ini untuk kamu.” Kataku sambil memberikan Anggrek merah itu. 

“Makasih yah, aku surprise banget loh. Ternyata kamu romantis juga yah orangnya, tapi untuk apa semua ini kamu lakukan Rendy?” Tanya Rara yang membuatku sedikit gugup. Aaaah Rara masihkah kau mempermainkan rasaku ini. Aku berusaha menguasai emosi jiwaku yang meledak-ledak.

“Rara…Aku Aku sangat mencintai kamu, aku ingin menjadi kekasihmu meski aku tahu rasa yang tersisa untukku saat ini di hatimu tak sebesar rasaku padamu, Aku tulus!"

“Rendy  mangapa harus malam ini kau ungkapkan rasamu padaku? Apakah karena hari ini adalah valentine days?” Aku sedikit kaget dengan pertanyaannya. Bukankah ini yang di inginkannya pikirku.

“Rara..bukankah kamu menginginkan semua ini? Ini khan  yang kamu mau? Aku menyatakan cinta padamu di hari kasih sayang( Valentine Days)? Bener khan? Meski  jujur aku tidak suka valentine days, bagiku hari kasih sayang itu tak pernah ada dan aku mencintaimu dan ingin terus menyayangimu bukan hanya sebatas Valentine days saja.” Kataku dengan lirih sambil menggenggam tangannya.

“ Rendy...jangan katakan cintamu padaku ala valentine days, aku sama sekali tidak suka!”

”Rara aku aku...” 

”Rendy...asal kamu tahu valentine days itu adalah hari yang paling aku tidak suka, alasan aku jelas tidak sesuai dengan ajaran agama kita !” Tampak jelas di wajah Rara luapan emosi seiring dengan nada bicaranya yang sedikit tinggi. Aku semakin kalut. Namun akupun sedikit lega karena ternyata kami sama dalam satu prinsip, we dont like valentine days. 

”Rara maafin aku kalo cara aku ini salah dimatamu. Tapi asal kamu tahu akupun sama sekali tidak suka valentine days prinsip kita sama. Tadinya aku pikir kamu berharap aku menyatakan cintaku di hari valentine, ternyata aku salah!”
“Rendy…,” Rara menatap tajam padaku. Kamu tak perlu minta maaf , kamu sama sekali tidak salah aku yang minta maaf karena aku menguji cinta kamu dengan cara seperti ini. Tapi,siang tadi aku sudah tahu jawabannya bahkan sebelum kamu datang kesini.”

“Maksud kamu apa Ra?” Tanyaku sedikit bingung.

”Tadi siang aku buka Faceebok dan baca status kamu, aku terharu dan sekarang tidak ada alasan lagi untuk aku menolak ketulusan cinta kamu!” Rara mengenggam erat tanganku, matanya berkaca-kaca. Mendengar semua ini sepertinya aku ingin teriak. Teriak karena rasa senang dan bahagia yang begitu saja hadir membakar sukmaku. Dengan terbata-bata akupun berkata..

”Ja..Jadi kamu benar benar mau menerima aku sebagai ke..keka..” Jari mungil Rara segera menutupi bibirku memaksaku terdiam. Lalu kepala Rara perlahan mengangguk sembari melemparkan senyuman manis yang hadir diantara air matanya yang mengalir perlahan pada kedua pipinya. Yaaah aku yakin itu adalah air mata bahagia, akupun tak kuasa menahan keharuanku. Kuseka air matanya. Lalu kudekap erat tubuhnya dan akupun setengah berbisik padanya.

”Rara sayang  cintaku padamu tak mengenal batas waktu, tak kan ada kata valentine days! Dan cinta kita bukan karena valentine days ini!” Aku dan Rara saling melempar senyum. lalu sambil tertawa bersama kami mengatakan, good bye valentine days.
===================================================================

Oleh : MUHAMMAD YUSUF

well... akhir cerita yang bahagia. semoga cerpen ini bisa jadi nuansa baru di tengah banyaknya koleksi cerpen dengan ending mengharukan. thanks to Muhammad Yusuf atas kiriman cerpennya. (^_^)