Aug 21, 2010

Puisi Pendek, Kumpulan Puisi Pendek Ivan Kavalera

Puisi kali ini merupakan puisi pendek yang merupakan kumpulan karya dari sahabat blogger asal Bulukumba, Ivan kavalera. Hmmh, sepertinya sobat saya yang satu ini memang hobby menulis puisi pendek. Semua puisinya memiliki makna yang mendalam. Berbeda dengan puisi-puisi saya yang telanjang, tanpa makna hanya sekedar kumpulan kata yang dirangkai tak beraruran.

Bisa dilihat dalam puisi rindu atau puisi romantis, juga dalam puisi persahabatan dan puisi patah hati. Okelah, mari kita cekidot, kumpulan puisi pendek karya Ivan Kavalera ini.


Perempuan Bertubuh Puisi

perempuan bertubuh puisi. kembali melewati rumahmu tanpa rindu yang dahulu. potret potret ilalang kali ini cukup dititipkan oleh sungai sungai perasaan
tanpa arus keinginan yang dahulu. kembali menatap jendela kamarmu.
perempuan bertelapak matahari, pertemuan pertemuan itu ternyata masih menjadikan kita puisi
tanpa kata tentang rasa yang biasa.

makassar, 15 juli 2007 


Seharusnya Sedang Tidak Ingin Menulis Puisi

seperti bendera-bendera hati yang dikibarkan
menuju pulang ke rumah
ingatkan saja kepada pagi
tentang kecambah-kecambah ide yang telah kita tanam
di dasar lembah
maka seharusnya
sedang tidak ingin menulis puisi

seperti rebana-rebana sunyi sepanjang jalan
seharusnya. maka
telanjang saja kita di sini
dibiarkan angin
lantas hujan membacanya.


lembah di sidrap, 7 juli 2010


Sepanjang Jalan

mungkin bukan termasuk merindukan
hanya sebuah perjalanan yang tidak terduga. kebetulan wajahmu di sepanjang jalan
mungkin juga bukan termasuk pelarian. hanya sekedar melewati musim hujan
dan bulan
yang mengapung di atas kota-kota

bukan merindukan hujan
hanya unggun
yang dinyalakan
kebetulan dari sudut luka.


bone, 29 juni 2010


Hujan Kali Ini

semestinya rindumu bertangkupan dengan musim hujan
kali ini.
dawai-dawai gitarmu juga tidak sedang memainkan malam yang murung
dan pecah.
tidak sengaja aku menuliskan sajak selama berhari-hari
hanya untuk mengutip sedikit kalimat yang pernah kau titipkan
di bawah hujan, "akhirnya tak ada yang bisa membaca arah angin,"
katamu
untuk musim berikutnya.

bulukumba, 28 april 2010


Sekuntum Nyanyian

seperti teatrikal hujan
tiba-tiba saja kau berkunjung diam-diam ke hatiku
mencuri sekuntum nyanyian namun tidak mengembalikannya
hari yang menggemaskan.
aku lupa reffrain pada notasi lagumu
kita hanya saling menuliskan aksara
tapi tak sempat terbaca.
ah, diam-diam ke hatiku,
tapi tidak usah mengembalikannya

makassar, 10 April 2007


Sunyi Itu Batu

sewaktu-
waktu
sunyi itu
adalah
kelopak bunga
seperti
kata ibuku.
tapi
sudahlah
sunyi itu
lebih sering menjadi
batu
ketika
aku
dan kamu
melingkari
api unggun
yang tenyata
memang
dinyalakan
rindu.

bulukumba, 09 April 2010 

Untuk melihat kumpulan puisi pendek lainnya, silahkan meluncur ke puisi semak belukar