Feb 2, 2011

Puisi Mariana Lumban batu

Kumpulan Puisi karya Mariana Lumban Batu ini termasuk romantis alau menurut saya. Mungkin harus dimasukkin ke dalam kumpulan puisi cinta romantis nih. hehe...


Gundah

Rasakanlah wahai engkau sang mentari
Bila engkau kembali lagi esok pagi
Di ufuk timur dipojok kiri kamarku

Rasakanlah wahai sang rembulan
Bila engkau kembali lagi esok malam
Bertengger di peraduan ku yang membayang sepi

Sebongkah rasa, setumpuk angan, seonggok rindu
Yang pasti esokpun kan kembali bersamamu

Sang mentari dan engkau sang rembulan
Saat hari memilih untuk berlalu darimu
Saat helai musimpun beranjak pergi menjauhimu


Tentang mu

Kuukir manis dibingkai pink warna hatiku
Apa yang dapat ku rekam hingga
Apa yang mampu ku semayamkan
Dalam kitaran waktu yang singkat bersamamu

Meminta Kujadikan teman pelipur lara
Yang mampu mengundang
Sesungging senyum di tepian bibirku
Yang mampu mereda amarah
Di derai aliran darahku yang merona
Yang mampu menemani kelegaan
Kala gundah mulai merasuki relung kalbu

Sudikah hatimu merengkuh angan
Yang kulambungkan di pelukan sang rembulan
Yang kulontarkan pada derai angin
di musim penghujan ini
Yang kuteriakkan di setiap tetesan hujan
Hingga kutitipkan direngkuhan sang mentari sore

Akan kemanakah kucari waktu
yang memilih pergi bersamamu
Dalam dawai musim yang mengalir deras
memahkotai tahun demi tahun
Hingga membawamu pergi jauh dariku

Semuanya tentangmu
Apa yang mampu kuingat
Apa yang mampu kutuliskan
Semuanya tentangmu


Yang Tersisa

Seulas senyum
Tiap kali kau menyapaku di daun pintu
Tawa kecil
Tiap kali kau terlihat menyenangi hari itu
Mata melebar
Tiap kali kekagetan datang mengusikmu
Diam membisu
Tiap kali kau disibukkan dengan mr. Matematika
Tatapan kosong
Tiap kali tanganmu tak ada niat melakukan apapun
Mondar mandir
Tiap kali kau ingin berkata sesuatu padaku
Walau akhirnya kau memilih kata tidak
Tatapan sinismu
Tiap kali membuatku merasa bersalah
Lirikan mata elangmu
Tiap kali kau tak setuju dengan ideku
Tawa lepasmu
Tiap kali kau melihatku terhukum

Aneh memang, perlakuanmu terhadapku
Bahkan otakku tak mampu berpikir
Hingga akhirnya aku terima saja
kau perlakukan begitu

kubaringkan Direngkuhan waktu
15 tahun yang lalu
Helai musim pun tak mengijinkanku
Mengurai detak detik waktu lagi bersamamu
Setidaknya aku dapat jawaban saja
Atau setidaknya kau katakan sesuatu saja

Kini, Rindu menulari sekujur ragaku
Bahkan selipan darahku membongkah
Hingga nadiku berat untuk berpacu
Menaklukkan sang waktu
Hanya itu yang tersisa darimu



Kumpulan Puisi >> Puisi Persahabatan >> Puisi Patah Hati >> Puisi Romantis >> Puisi Rindu >> Puisi Sahabat >> Puisi Ibu >> Puisi Lucu >> Puisi Sakit Hati >> Puisi Perpisahan >> Puisi Putus Cinta >> Puisi Sedih >> Puisi Bahasa Inggris >> Puisi Sunda >> Puisi Cinta Kahlil Gibran >> Puisi Harapan >> Puisi Kehidupan >> Puisi Kangen >> Puisi Humor >> Puisi Gombal >> Puisi Jatuh Cinta >> Puisi Hujan